PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini degan baik. Makalah ini membahas tentang Model Pembelajaran Orang Dewasa. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini, sehingga menjadi makalah yang baik sepertri yang ada dihadapan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membngun dari pembaca agar dapat menjadi makalah yang lebih baik.
Semarang, 16 Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................................... i
Prakata ................................................................................................................................. ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2
Bab II Pembahasan
D. Berbagai Pendekatan Belajar Bengajar.......................................................................3
2.1 Penjelasan berbagai pendekatan belajar mengajar..............................................................3
2.2 pendekatan individual................................................................................................... ....3
2.3 pendekatan kelompok...................................................................................................4
2.4 pendekatan bervariasi...............................................................................................4
2.5 pendekatan edukatif ....................................................................................................5
2.6 pendekatan pengalaman ..........................................................................................5
2.7 pendekatan pembiasaan...........................................................................................5
2.8 pendekatan emosional.............................................................................................6
2.9 pendekatan rasional..................................................................................................7
2.10 pendekatan fungsional...........................................................................................7
2.11 pendekatan keagamaan..........................................................................................7
2.12 pendekatan bermakna............................................................................................7
Bab III Penutup
3.1 Simpulan ........................................................................................................................ ....9
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... ..10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar.
Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang aktif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan anak didik.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang diambil guru dalam melakukan pengajaran.
Oleh karena itu, sebelum guru melakukan pengajaran diharapkan telah mengetahui pendekatan yang diambil adalah tepat untuk anak didiknya. Supaya proses belajar mengajar bisa berjalan lancar. Maka dalam hal ini penyusun mengambil judul “Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar”, karena penyusun melihat pendekatan yang tepat dapat menyampaikan tujuan pembelajaran dan pendekatan dalam belajar mengajar harus dapat diketahui dan dipahami guru.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan dalam makalah ini adalah :
1.Apa saja pendekatan belajar mengajar ?
2.Apa yang dimaksud dengan pendekatan individual ?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kelompok ?
4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan bervariasi ?
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan edukatif ?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pengalaman ?
7. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembiasaan ?
8. Apa yang dimaksud dengan pendekatan emosional ?
9. Apa yang dimaksud dengan pendekatan rasional ?
10. Apa yang dimaksud dengan pendekatan fungsional ?
11. Apa yang dimaksud dengan pendekatan keagamaan ?
12. Apa yang dimaksud dengan pendekatan bermakna ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai berbagai pendekatan belajar mengajar
2. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pendekatan individual
3. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai pendekatan kelompok
4. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pendekatan bervariasi
5. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai pendekatan edukatif
6. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pendekatan pengalaman
7. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai pendekatan pembiasaan
8. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pendekatan emosional
9. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai pendekatan rasional
10. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pendekatan fungsional
11. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai pendekatan keagamaan
12. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pendekatan bermakna
BAB II
BERBAGAI PENDEKATAN DALAM
BELAJAR MENGAJAR
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai maslaah dalam kegiatan belajar mengajar. Demi jelasnya ikutilah uraian berikut.
A. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianya demi tercapainya kegiatan belajar mengajar.
Ketika guru ini menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan. Fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan seacara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
C. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membuat keribuatan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”.
D. Pendekatan Edukatif
Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keribuatan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif adalah setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
Selain berbagai pendekatan yang disebabkan di depan, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GHBP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994 disebutkan lima macam pendekatan untuk pendidikan agama Islam, yaitu :
E. Pendekatan Pengalaman
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman tidak bersifat mendidik (edukative experience), karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik (misedukative experience). Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi mengyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu, ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (meaningful), kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Witherington.
F. Pendekatan Pembiasaan
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Maka adalah penting, pada awal kehidupan anak, menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik saja dan jangan sekali-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi dan sebagainya. Tetapi tanamkanlah kebiasaan seperti ikhlas melakukan puasa, gemar menolong orang yang kesukaraan, suka membantu fikir dan miskin, gemar melakukan salat lima waktu, aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang baik-baik, dan sebagainya. Maka dari itu pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat tidak bisa dielakkan dalam hal ini.
G. pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada didalam diri seseorang . Emosi berhubungan dengan masalah perasaaan. Seorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah,perasaan rohaniah didalamnya ada perasaan intelektual, perasaan estetis, perasaan etis, perasaan sosiadan perasaan harga diri. Menurut Chalijah Hasan (1994; 39) mersa adalah aktualisasi dari hati sebagai materi dalam struktur tubuh manusia, dan mersa sebagai aktifitas kewajiban ini adalah suatu pernyataan jiwa yang beersifat subjektif. Hal ini dilakukan dengan mengemukaan suatu kesan senang atau tidak senang, dan umumnya tidak tergantung pada pengamatan yang dilakukan oleh indra.
Perasaan menurut Abu Ahmad dan Widodo Supriyono 1991, 36) sebagai fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut “rasa senang dan tidak senang “, mempunyai sifat-sifat senang dan sedih/tidak senang, kuat dan lemah, lama dan sebentar, relatif dan tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa.
Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respont) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang. Baik rangsangan verbal maupun nonverbal, mempengaruhi kadar emosi seseorang rangsangan verbal yaitu misalnya ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan berita, dialog, anjuran , perintah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang penting pembentukan kepribadian seseorang itulah sebab pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran, terutama untuk pendidikan agama islam, pendekatan emosional dimaksudkan disini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran agamanya. Untuk mendukung tercapainya tujuan emosional ini, metode mengajar perlu yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, bercerita, dan sosialdrama.
H. pendekatan Rasional
Manusia adalah makluk yang sempurna diciptakan , manusia berbeda dengan mahluk lainyayang diciptakan oleh Allah SWT. Perbedaannya terletak pada akal. Manusia memiliki akal, sedangkan mahluk yang lainya seperti binatang dan sejenisnya tidak memiliki akal . jadi hanya manusialah yang dapat berpikir, sedangkan mahluk lainya tidak mampu berfikir.
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana kedustaan dari sesuatu ajaran atau perbuatan.walaupun disadari keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan sesuatu tetapi diyakini pula bahwa denagan akal dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan dan penghasilan teknologi modern.
Disekolah anak didik dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak dibimbing kearah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berfikir anak dari yang abstarak sampai yang konkret. Maka pembuktian suatu kebenaran , dalil, prinsip atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju kekompleks.pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berfikir anak.
Karena keampuhan akal atau rasio itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran disekolah. Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode mengajar perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, tanya jawab , diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas.
I. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan tersebut. Untuk memperlicin jalan ke arah itu, tentu saja dipergunakan metode mengajar. Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demontrasi.
J. Pendekatan Keagamaan
Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Misalnya : surah Yasiin ayat 34 dan 36 adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama.
Akhirnya pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperbaiki kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, di hanyati dan di amalkanselama hayat siswa di kandung badan.
K. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa Inggris tidak bisa mengabaikan masalahpendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Hal ini perlu dipecahkan, salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.
Akhirnya, perlu diikhtisarkan bahwa ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yaitu : Pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif (pendidikan), pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan dan pendekatan kebermaknaan.
DAFTAR PUSTAKA
Challjah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, Al-Ikhlas, Surabaya, Cetakan I, 1994.
______ , Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan II, 1990.
Sabtu, 28 Januari 2012
strategi belajar dan mengajar di kelas
TUGAS DESAIN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
“ STRATEGI BELAJAR MENGAJAR “
Di Susun Oleh :
1. Asrofi Saiful Hidayad 1102410005
2. Ahmad Wildan S 1102410052
3. Ema Rahma M 1102410070
4. Febrian Dody 1102410026
5. Bachtiar Dwi Y 1102410006
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
a) LATAR BELAKANG
Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha Esa.
Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik.
Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang monoton.
b). RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Hakekat Belajar Mengajar
2. Ciri-ciri Belajar Mengajar
3. Komponen-komponen Belajar Mengajar
c) BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas apa yang menjadi Strategi Belajar Mengajar berdasarkan buku panduan. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul makalah.
d) TUJUAN DAN MANFAAT
1. Membekali diri akan teori-teori, konsep-konsep yang telah dipelajari selama 1 semester.
2. Untuk memenuhi dan sebagai syarat tugas akhir semester.
3. Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.
4. Mencoba membuat metode dan cara belajar mengajar yang lebih profesional sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih aktif dan efektif.
5. Menghasilkan Pelajar yang mampu mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan Mengajar adalah kegiatan Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal.
1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar memiliki lima atribut pokok ialah:
1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan.
2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
3. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan sosial).
4. Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:
1. a. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
2. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
3. c. Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.
4. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
5. e. Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan.
6. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.
Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
2. Variabel Strategi Belajar Mengajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah: tujuan, bahan pelajaran, alat dan sumber, siswa, dan guru.
1. Gagne mengklasifikasikan hasil-hasil belajar yang membawa implikasi terhadap penggunaan strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual dengan tahapan-tahapannya:
1. Diskriminasi, yaitu mengenal benda konkret.
2. Konsep konkret, yaitu mengenal sifat-sifat benda/objek konkret.
3. Konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memahami konsep terdefinisi.
4. Aturan, yaitu kemampuan menggunakan aturan, rumus, hukum/dalil, prinsip.
5. Masalah/aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai aturan.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan menyimpan nama/label, fakta, pengetahuan di dalam ingatan.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan fisik.
5. Sikap, yaitu kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan nilai-nilai.
6. Yang perlu dipertimbangkan dari faktor siswa di dalam menggunakan strategi belajar-mengajar, antara lain:
1. Siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan dari siswa lain.
2. Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran.
3. Dari faktor alat dan sumber yang perlu dipertimbangkan ialah:
1. Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat peraga.
2. Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran (bahan cetakan dan lingkungan sekitar).
3. Dari faktor guru yang akan mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah kemampuan menguasai bahan pelajaran dan kemampuan membelajarkan siswa.
3. Kerangka Acuan Strategi Belajar Mengajar
1. Pengaturan Guru dan Siswa
Segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau suatu tim, sanjutnya apakah hubungan guru-siswa terjadi secara tatap muka (langsung), atau dengan perantaraan media (tidak langsung). Sedangkan dari segi pengaturan siswa dapat dibedakan pengajaran yang bersifat klasikal (kelompok besar), (kelompok kecil) dan pengajaran perseorangan (individual).
2. Struktur Peristiwa Belajar Mengajar
Struktur peristiwa belajar mengajar dapat bersifat tertutup dalam artian segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat, seperti yang dilakukan oleh para calon guru yang berlatih mengajar yang tidak berani menyimpang dari persiapan mengajar yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing.
3. Peranan Guru-Siswa dalam mengolah pesan
Peristiwa belajar mengajar bermaksud untuk mencapai tujuan, ingin menyampaikan sesuatu pesan yang dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi keterampilan lain. Pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap diolah dinamakan bersifat ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan pesan oleh siswa dinamakan Heuristik-hipotetik.
4. Proses Pengolah Pesan
Proses pikir manusia di dalam menjalani pengalaman belajar tidak selalu sama, ada peristiwa belajar mengajar di mana proses ini bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada yang khusus ini disebut Umum ke Khusus (Deduktif). Sebaliknya bila peristiwa belajar mengajar yang di mana prosesw pengolahan bertolak dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip umum ini disebut Khusus ke Umum (Induktif). Dengan demikian strategi belajar mengajar heuristik proses pengolahanya adalah induktif, sebaliknya ekspositorik bersifa deduktif.
Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:
• Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri)
Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi-perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi.
System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121-126). Pendekatan belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yang dipelajarinya.
• Expository Learning
Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.
• Mastery learning (belajar tuntas)
Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang bersangkutan.
• Humanistic Education
Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa.
B. Ciri-ciri Belajar Menajar
Belajar merupakan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang lain. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan seseorang telah belajar adalah jika suatu aktifitasmental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Ciri-ciri belajar tesebut adalah sebagai berikut :
1. Belajar harus memiliki tujuan
Kegiatan daripada belajar mengajar yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar akan berusaha semaksimal mungkin agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya guru harus dapat menciptakan situasi dimana agar anak dapat belajar. Di samping itu juga dengan interaksi ini membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan yang matang, baik perencanaan dan persiapan secara tertulis maupun perencanaan dan persiapan diri.
2. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah materi harus di desain sedemikian rupa, cocok untuk mencapai tujuan dan juga harus memperhatikan komponen-komponen lainnya.
3. Ditandai aktifitas anak
Aktifitas anak didik, baik secara fisik ataupun secara mental harus aktif dalam kelas.
4. Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.
Guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses interaksi yang kondusif dalam proses belajar mengajar di kelas, sekaligus guru harus siap menjadi mediator dalam situasi kegiatan belajar mengajar sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru akan menjadi panutan bagi muridnya.
5. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan
Disiplin dalam hal ini adalah suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaaati oleh guru dan murid.
6. Ada batas waktu
Hal ini merupakan salah satu ciri yang tidak bias ditinggalkan, karena setiap bahan pelajaran harus diberi waktu tertentu kapan bahan tersebut harus selesai.
7. Evaluasi
Evaluasi sangat penting setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya suatu pengajaran yang telah ia berikan pada muridnya.
Dari berbagai pengertian di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulam bahwasanya Kematangan (maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi bentuk, struktur dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap satu sifat. Kematangan membentuk suatu sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dangan cara tertentu yang disebut “Readiness” yang berupa tingkah laku, baik tingkahlaku yang instingtif maupun tingkah laku yang dipelajari.
Sedangkan definisi daripada belajar itu sendiri adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan atau dangan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap.
C. Komponen-komponen Belajar Mengajar
Komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas.
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Secara umum kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang ingin dicapai dengan menempatkan peserta didik sebagai suatu pusat perhatian.
Menurut Nana Syaodin Sukmadinata (1997) terdapat beberapa tujuan kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu:
• Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan kata – kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati, menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik dan memberikan kekhususan tentang sumber – sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang – orang yang dapat diajak bekerja sama.
• Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk ketepatan dan ketelitian respon, kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
• Menggambarkan kondisi – kondisi atau lingkungan fisik, kondisi atau lingkungan psikologis.
2. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebaai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana.
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.”
3. Guru
Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:
Tugas Guru
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu
• Tugas profesional,
• Tugas manusiawi, dan
• Tugas kemasyarakatan (sivic mission).
Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
.Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
4. Materi
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
• Adanya teks yang menarik
• Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa
• Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki
• Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Beberapa kriteria materi yaitu :
1. Kesahihan (Valid) yaitu materi yang dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, juga merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman kedepan.
2. Tingkat kepentingan : materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik, sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan : materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis yaitu memberikan dasar – dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan dan manfaat non akademis yaitu mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kelayakan : materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Ketertarikan/Menarik minat : materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
5. Tempat
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
Untuk mengatur lingkungan fisik agar menjadi tempat yang kondusif bagi siswa atau pebelajar.
Pengaturan ruang kelas. Aturlah ruang kelas sehingga ruang kelas menjadi nyaman. Ruang kelas harus memiliki jendela dan ventilasi yang cukup sehingga terjadi pergantian udara secara bebas. Atur meja-kursi guru di tempat yang baik dan dapat memandang ke seluruh ruang kelas. Atur meja-kursi siswa agar tidak berdesak-desakan, sesuaikan jumlah meja-kursi dengan kapasitas ruang. Keluarkan perabot yang sudah tidak difungsikan lagi supaya tidak mengotori ruangan.
6. Waktu
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa.
7. Fasilitas
Fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat. fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu. Contoh: fasilitas kantor, seperti mobil,motor dll
Menurut Zakiah Daradjat “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Suryo Subroto “ fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.
Lebih luas lagi tentang pengertian failitas Suhaisimi Arikonto berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.
Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang dipelukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang memuaskan.
Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pentingnya Sistem dan Strategi Belajar Mengajar itu untuk membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang memiliki potensi dan pola pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang guru yang profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan apa yang telah diketahui kepada siswa/i di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa/i adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa/i serta mudah dicerna dan di pahami.
Saran
`Di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang pelayan siswa/i atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Janwar. Tambunan. 2003. Belajar dan Pembelajaran. FKIP UHN, Pematangsiantar.
N. K. Roestiyah. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Janwar. Tambunan. 2004. Profesi Keguruan. FKIP UHN, Pematangsiantar.
Djwara Saiful Bachri, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
“ STRATEGI BELAJAR MENGAJAR “
Di Susun Oleh :
1. Asrofi Saiful Hidayad 1102410005
2. Ahmad Wildan S 1102410052
3. Ema Rahma M 1102410070
4. Febrian Dody 1102410026
5. Bachtiar Dwi Y 1102410006
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
a) LATAR BELAKANG
Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha Esa.
Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan keadaan anak didik.
Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang monoton.
b). RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Hakekat Belajar Mengajar
2. Ciri-ciri Belajar Mengajar
3. Komponen-komponen Belajar Mengajar
c) BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas apa yang menjadi Strategi Belajar Mengajar berdasarkan buku panduan. Menjaga efesiensi judul makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul makalah.
d) TUJUAN DAN MANFAAT
1. Membekali diri akan teori-teori, konsep-konsep yang telah dipelajari selama 1 semester.
2. Untuk memenuhi dan sebagai syarat tugas akhir semester.
3. Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.
4. Mencoba membuat metode dan cara belajar mengajar yang lebih profesional sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih aktif dan efektif.
5. Menghasilkan Pelajar yang mampu mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan Mengajar adalah kegiatan Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal.
1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar memiliki lima atribut pokok ialah:
1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan.
2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
3. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan sosial).
4. Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:
1. a. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
2. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
3. c. Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.
4. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
5. e. Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan.
6. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.
Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
2. Variabel Strategi Belajar Mengajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah: tujuan, bahan pelajaran, alat dan sumber, siswa, dan guru.
1. Gagne mengklasifikasikan hasil-hasil belajar yang membawa implikasi terhadap penggunaan strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual dengan tahapan-tahapannya:
1. Diskriminasi, yaitu mengenal benda konkret.
2. Konsep konkret, yaitu mengenal sifat-sifat benda/objek konkret.
3. Konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memahami konsep terdefinisi.
4. Aturan, yaitu kemampuan menggunakan aturan, rumus, hukum/dalil, prinsip.
5. Masalah/aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai aturan.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan menyimpan nama/label, fakta, pengetahuan di dalam ingatan.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan fisik.
5. Sikap, yaitu kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan nilai-nilai.
6. Yang perlu dipertimbangkan dari faktor siswa di dalam menggunakan strategi belajar-mengajar, antara lain:
1. Siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan dari siswa lain.
2. Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran.
3. Dari faktor alat dan sumber yang perlu dipertimbangkan ialah:
1. Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat peraga.
2. Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran (bahan cetakan dan lingkungan sekitar).
3. Dari faktor guru yang akan mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah kemampuan menguasai bahan pelajaran dan kemampuan membelajarkan siswa.
3. Kerangka Acuan Strategi Belajar Mengajar
1. Pengaturan Guru dan Siswa
Segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau suatu tim, sanjutnya apakah hubungan guru-siswa terjadi secara tatap muka (langsung), atau dengan perantaraan media (tidak langsung). Sedangkan dari segi pengaturan siswa dapat dibedakan pengajaran yang bersifat klasikal (kelompok besar), (kelompok kecil) dan pengajaran perseorangan (individual).
2. Struktur Peristiwa Belajar Mengajar
Struktur peristiwa belajar mengajar dapat bersifat tertutup dalam artian segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat, seperti yang dilakukan oleh para calon guru yang berlatih mengajar yang tidak berani menyimpang dari persiapan mengajar yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing.
3. Peranan Guru-Siswa dalam mengolah pesan
Peristiwa belajar mengajar bermaksud untuk mencapai tujuan, ingin menyampaikan sesuatu pesan yang dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi keterampilan lain. Pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap diolah dinamakan bersifat ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan pesan oleh siswa dinamakan Heuristik-hipotetik.
4. Proses Pengolah Pesan
Proses pikir manusia di dalam menjalani pengalaman belajar tidak selalu sama, ada peristiwa belajar mengajar di mana proses ini bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada yang khusus ini disebut Umum ke Khusus (Deduktif). Sebaliknya bila peristiwa belajar mengajar yang di mana prosesw pengolahan bertolak dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip umum ini disebut Khusus ke Umum (Induktif). Dengan demikian strategi belajar mengajar heuristik proses pengolahanya adalah induktif, sebaliknya ekspositorik bersifa deduktif.
Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:
• Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri)
Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi-perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi.
System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121-126). Pendekatan belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yang dipelajarinya.
• Expository Learning
Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.
• Mastery learning (belajar tuntas)
Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang bersangkutan.
• Humanistic Education
Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa.
B. Ciri-ciri Belajar Menajar
Belajar merupakan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang lain. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan seseorang telah belajar adalah jika suatu aktifitasmental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Ciri-ciri belajar tesebut adalah sebagai berikut :
1. Belajar harus memiliki tujuan
Kegiatan daripada belajar mengajar yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar akan berusaha semaksimal mungkin agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya guru harus dapat menciptakan situasi dimana agar anak dapat belajar. Di samping itu juga dengan interaksi ini membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan yang matang, baik perencanaan dan persiapan secara tertulis maupun perencanaan dan persiapan diri.
2. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah materi harus di desain sedemikian rupa, cocok untuk mencapai tujuan dan juga harus memperhatikan komponen-komponen lainnya.
3. Ditandai aktifitas anak
Aktifitas anak didik, baik secara fisik ataupun secara mental harus aktif dalam kelas.
4. Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.
Guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses interaksi yang kondusif dalam proses belajar mengajar di kelas, sekaligus guru harus siap menjadi mediator dalam situasi kegiatan belajar mengajar sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru akan menjadi panutan bagi muridnya.
5. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan
Disiplin dalam hal ini adalah suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaaati oleh guru dan murid.
6. Ada batas waktu
Hal ini merupakan salah satu ciri yang tidak bias ditinggalkan, karena setiap bahan pelajaran harus diberi waktu tertentu kapan bahan tersebut harus selesai.
7. Evaluasi
Evaluasi sangat penting setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya suatu pengajaran yang telah ia berikan pada muridnya.
Dari berbagai pengertian di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulam bahwasanya Kematangan (maturity) adalah suatu keadaan atau kondisi bentuk, struktur dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap satu sifat. Kematangan membentuk suatu sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dangan cara tertentu yang disebut “Readiness” yang berupa tingkah laku, baik tingkahlaku yang instingtif maupun tingkah laku yang dipelajari.
Sedangkan definisi daripada belajar itu sendiri adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan atau dangan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap.
C. Komponen-komponen Belajar Mengajar
Komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas.
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Secara umum kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang ingin dicapai dengan menempatkan peserta didik sebagai suatu pusat perhatian.
Menurut Nana Syaodin Sukmadinata (1997) terdapat beberapa tujuan kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu:
• Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan kata – kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati, menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik dan memberikan kekhususan tentang sumber – sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang – orang yang dapat diajak bekerja sama.
• Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk ketepatan dan ketelitian respon, kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
• Menggambarkan kondisi – kondisi atau lingkungan fisik, kondisi atau lingkungan psikologis.
2. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebaai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana.
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.”
3. Guru
Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:
Tugas Guru
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu
• Tugas profesional,
• Tugas manusiawi, dan
• Tugas kemasyarakatan (sivic mission).
Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
.Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
4. Materi
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
• Adanya teks yang menarik
• Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa
• Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki
• Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Beberapa kriteria materi yaitu :
1. Kesahihan (Valid) yaitu materi yang dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, juga merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman kedepan.
2. Tingkat kepentingan : materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik, sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan : materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis yaitu memberikan dasar – dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan dan manfaat non akademis yaitu mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kelayakan : materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Ketertarikan/Menarik minat : materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
5. Tempat
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
Untuk mengatur lingkungan fisik agar menjadi tempat yang kondusif bagi siswa atau pebelajar.
Pengaturan ruang kelas. Aturlah ruang kelas sehingga ruang kelas menjadi nyaman. Ruang kelas harus memiliki jendela dan ventilasi yang cukup sehingga terjadi pergantian udara secara bebas. Atur meja-kursi guru di tempat yang baik dan dapat memandang ke seluruh ruang kelas. Atur meja-kursi siswa agar tidak berdesak-desakan, sesuaikan jumlah meja-kursi dengan kapasitas ruang. Keluarkan perabot yang sudah tidak difungsikan lagi supaya tidak mengotori ruangan.
6. Waktu
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa.
7. Fasilitas
Fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat. fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu. Contoh: fasilitas kantor, seperti mobil,motor dll
Menurut Zakiah Daradjat “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Suryo Subroto “ fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.
Lebih luas lagi tentang pengertian failitas Suhaisimi Arikonto berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.
Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang dipelukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang memuaskan.
Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pentingnya Sistem dan Strategi Belajar Mengajar itu untuk membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang memiliki potensi dan pola pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang guru yang profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan apa yang telah diketahui kepada siswa/i di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa/i adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa/i serta mudah dicerna dan di pahami.
Saran
`Di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang pelayan siswa/i atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Janwar. Tambunan. 2003. Belajar dan Pembelajaran. FKIP UHN, Pematangsiantar.
N. K. Roestiyah. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Janwar. Tambunan. 2004. Profesi Keguruan. FKIP UHN, Pematangsiantar.
Djwara Saiful Bachri, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
konsep strategi belajar mengajar
RESUME
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Desain dan Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu; Dra. Nurussa’adah, M.Si
Disusun Oleh:
Muhammad Witanto (1102407031)
Wahyudin (1102407033)
Zulfa Riza Y (1102409025)
Abdul Muiz (1102410014)
Dony Wahyudi (1102410016)
Anjar Nurdian S (1102410022)
Abdul Rozaq (1102410058)
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
KONSEP STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Secara umum strategi diartikan sebagai suatu garis haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Empatstrategi dasar dalam proses belajar-mengajar, yaitu :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar-mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga bisa menjadi pegangan guru dalam kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas-batas keberhasilan serta standar keberhasilan hingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam proses evaluasi hasil belajar-mengajar.
B. KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar, yaitu :
1. Konsep dasar strategi belajar-mengajar
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi :
a). Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
b). Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
c) Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
d) Menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Sasaran kegiatan belajar-mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia harus memiliki kualifikasi :
a)Pengembangan bakat secara optimal
b)Hubungan antarmanusia
c)Efisiensi ekonomi
d)Tanggung jawab selaku warga negara
Pandangan hidup para guru dan anak didik akan turut mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman, yang mana konsekuensinya akan mempengaruhi kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian serta penilaian terhadap kegiatan belajar- mengajar.
C. BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI SUATU SISTEM
Sebagai suatu sistem belajar- mengajar meliputi seperangkat komponen, antara lain; tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu, tetapi harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan
D. HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Yang mana tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap serta meliputi segala aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, semuanya termasuk cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan proses belajar-mengajar.
E. ENTERING BEHAVIOUR SISWA
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan tingkah laku baik secara material-substansial, struktural-fungsional, ataupun secara behaviour. Selanjutnya untuk memastikan tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan kegiatan hasil belajar-mengajar, seorang guru harus mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik ketika akan masuk sekolah dan mulai kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik ini disebut Entering Behaviour Siswa.
Menurut Abin Syamsuddin, Entering behaviour dapat diidentifikasikan kepada 2, yaitu :
1) Secara tradisional, telah lazim para guru mengawali proses belajar mengajar dengan menanyakan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya sebelum menjelaskan materi baru.
2) Secara inovatif, guru tertentu diberbagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pre test sebelum mereka mengikuti proses belajar mengajar.
Ada 3 dimensi dari entering behaviour yang perlu diketahui oleh guru :
1) Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa.
2) Tingkatan tahapan pengetahuan, terutama kemampuan yang telah dimiliki siswa.
3) Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikosofik.
F. POLA-POLA BELAJAR SISWA
Robert M.Gagne membedakan pola-pola belajar siswa menjadi 8 tipe yaitu;
1) SIGNAL LEARNING ( Belajar Isyarat )
Diartikan sebagai proses penguasaan pola pola dasar perilaku yang bersifat Involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari). Kondisi yang diperlukan dalam tipe ini adalah diberikannya stimulus /signal secara serempak, perangsang tertentu secara berulang kali. Misalnya aba aba siap Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang.
2) STIMULUS RESPON LEARNING
Belajar dengan trial and error (mencoba coba), Kondisi yang diperlukan dalam tipe ini faktor Inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting.Makin singkat jarak S – R S – R berikutnya semakin kuat Reinforcement.
3) CHAINING ( Rantai atau Rangkaian )
Kondisi yang diperlukan dalam tipe belajar ini adalah secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S – R baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, reinforcement penting bagi berlangsungnya proses chaining.Contoh: Ibu bapak, kampung halaman, selamat tinggal
4) VERBAL ASSOCIATION
Belajar menghubungkan satuan ikatan stimulus respons yang satu dengan yang lain. Contoh diperlihatkan bentuk geometris sianak dapat mengatakan bujur sangkar.
5) DISCRIMINATION LEARNING (Belajar Diskriminasi )
Belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian diantara dua perangsang ,kemudian memilih pola pola respons yang dianggap paling sesuai. Contoh: anak dapat mengenal berbagai merek mobil beserta namanya walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan.
6) CONCEPT LEARNING( Belajar konsep )
Adalah belajar pengertian dengan berdasar kesamaan ciri ciri dari sekumpulan stimulus dan obyek obyeknya, ia membentuk suatu pengertian. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitar menurut konsep itu.
7) RULE LEARNING ( Belajar Aturan )
Rule Learning adalah membuat generalisasi hukum dan kaidah2. Siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah logika formal ( induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi yang yang mungkin dapat dipandang sebagai Rule
8) PROBLIM SOLVING Pemecahan Masalah )
Pada tingkat ini anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respons rangsangan yang menggambarkan situasi problematik dengan menggunakan berbagai kaidah yang dikuasai
Langkah Problem solving:
1. Menegaskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan.
4. Mengadakan pengujian
G. MEMILIH SISTEM BELAJAR MENGAJAR
Belajar mencari dan menemukan sendiri. Guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Ada empat sistem belajar mengajar mengajar yang menarik yaitu;
1) Enquiry Discovery Approach
a. Simulation: Guru menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang berbagai memuat permasalahan.
b. Problem Statement: anak diberi kesempatan mengidentifikasi permasalahan. Permadsalahan yg dipilih, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, hipotesis, pernyataan ( statement )
c. Data Collection: Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis,anak supaya mengumpulkan berbagai koleksi informasi, membaca literatur, melakukan uji coba sendiri dsb.
d. Data Processing: semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dg cara tertentu, dan ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Veryfication atau pembuktian.Berdasarkan hasil pengolahan atau informasi yang ada pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu, kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, terbukti atau tidak.
f. Generalization: berdasrkan hasil verifikasi tadi,anak didik belajar menarik kesimpulan atau generaalisasi tertentu.
2) Expository Approach
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkansecara rapi, sistematik, dan lengkap, sehingga anak didik tinggalmenyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
3) Mastery Learning
Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswayang mampu menguasai bahan 90%-100% dari penyajian guru. Sebagianbesar siswa bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yanglebih kecil lagi penguasaannya terhadap bahan yang disajikan guru.Adanya variasi penguasaan bahan ini mencerminkan adanya variasikemampuan para siswa.
4) Humanistic Educations
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasarkecerdasan para siswa itu sangat bervariasi secara individual. Oleh karenaitu muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantusiswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau self realizationsesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya.
Carapendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches.Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya janganmembuat jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus menempatkan diriberdampingan dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadisumber atau konsultan dan berbicara. Taraf akhir dari proses belajarmengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimalmungkin dari setiap anak didik.
5) Pengorganisasian Kelompok Belajar
Gage dan Barliner (1975:447-450), juga Norman MacKenzie dan rekan-rekannya (UNESCO,1972:126) menyarankan pengorganisasian kelompok belajar siswa ke dalam susunan sebagai berikut:
a) N=1. Pada situasi ekstrem, kelompok belajar mungkin hanya terdiri atas seorang siswa atau seorang siswa bekerja individual saja.metode belajarnya bisa disebut dengan tutorial, pengajaran berprogram, studi individual, atau independent study,
b) N=2-20. Kelompok belajar kecil, mungkin terdiri atas 2 sampai 20 siswa. Metode belajar seperti ini biasanya disebut dengan metode diskusi atau seminar.
c) N=2-40. Kelompok besar mungkin berkisar antar 20-40 siswa. Metode ini disebut metode belajar mengajar kelas. Metodenya mungkin bervariasi, sesuai dengan kesenangan dan kemampuan guru unuk mengelolanya.
d) N=40 lebih besar atau ukuran kelompok melebihi 40 orang. Metode belajar-mengajar lazim disebut (ceramah) atau the lecture.
H. IMPLEMENTASI BELAJAR MENGAJAR
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga dalam implementasi belajar mengajar guru harus memiliki Job Deskription yang meliputi;
1) perencanaan, mempelajari masa depan dan menyusun rencana kerja
2) pengorganisasian, mengelompokkan komponen belajar mengajar ke dalam struktur organisasi secara teratur
3) pengarahan, menyatukan dan dan mengorelasikan semua kegiatan
4) pengawasan, memeriksa agar semua yang dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan.
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Desain dan Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu; Dra. Nurussa’adah, M.Si
Disusun Oleh:
Muhammad Witanto (1102407031)
Wahyudin (1102407033)
Zulfa Riza Y (1102409025)
Abdul Muiz (1102410014)
Dony Wahyudi (1102410016)
Anjar Nurdian S (1102410022)
Abdul Rozaq (1102410058)
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
KONSEP STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Secara umum strategi diartikan sebagai suatu garis haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Empatstrategi dasar dalam proses belajar-mengajar, yaitu :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar-mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga bisa menjadi pegangan guru dalam kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas-batas keberhasilan serta standar keberhasilan hingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam proses evaluasi hasil belajar-mengajar.
B. KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar, yaitu :
1. Konsep dasar strategi belajar-mengajar
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi :
a). Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
b). Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
c) Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
d) Menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Sasaran kegiatan belajar-mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia harus memiliki kualifikasi :
a)Pengembangan bakat secara optimal
b)Hubungan antarmanusia
c)Efisiensi ekonomi
d)Tanggung jawab selaku warga negara
Pandangan hidup para guru dan anak didik akan turut mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman, yang mana konsekuensinya akan mempengaruhi kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian serta penilaian terhadap kegiatan belajar- mengajar.
C. BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI SUATU SISTEM
Sebagai suatu sistem belajar- mengajar meliputi seperangkat komponen, antara lain; tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu, tetapi harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan
D. HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Yang mana tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap serta meliputi segala aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, semuanya termasuk cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan proses belajar-mengajar.
E. ENTERING BEHAVIOUR SISWA
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan tingkah laku baik secara material-substansial, struktural-fungsional, ataupun secara behaviour. Selanjutnya untuk memastikan tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan kegiatan hasil belajar-mengajar, seorang guru harus mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik ketika akan masuk sekolah dan mulai kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik ini disebut Entering Behaviour Siswa.
Menurut Abin Syamsuddin, Entering behaviour dapat diidentifikasikan kepada 2, yaitu :
1) Secara tradisional, telah lazim para guru mengawali proses belajar mengajar dengan menanyakan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya sebelum menjelaskan materi baru.
2) Secara inovatif, guru tertentu diberbagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pre test sebelum mereka mengikuti proses belajar mengajar.
Ada 3 dimensi dari entering behaviour yang perlu diketahui oleh guru :
1) Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa.
2) Tingkatan tahapan pengetahuan, terutama kemampuan yang telah dimiliki siswa.
3) Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikosofik.
F. POLA-POLA BELAJAR SISWA
Robert M.Gagne membedakan pola-pola belajar siswa menjadi 8 tipe yaitu;
1) SIGNAL LEARNING ( Belajar Isyarat )
Diartikan sebagai proses penguasaan pola pola dasar perilaku yang bersifat Involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari). Kondisi yang diperlukan dalam tipe ini adalah diberikannya stimulus /signal secara serempak, perangsang tertentu secara berulang kali. Misalnya aba aba siap Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang.
2) STIMULUS RESPON LEARNING
Belajar dengan trial and error (mencoba coba), Kondisi yang diperlukan dalam tipe ini faktor Inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting.Makin singkat jarak S – R S – R berikutnya semakin kuat Reinforcement.
3) CHAINING ( Rantai atau Rangkaian )
Kondisi yang diperlukan dalam tipe belajar ini adalah secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S – R baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, reinforcement penting bagi berlangsungnya proses chaining.Contoh: Ibu bapak, kampung halaman, selamat tinggal
4) VERBAL ASSOCIATION
Belajar menghubungkan satuan ikatan stimulus respons yang satu dengan yang lain. Contoh diperlihatkan bentuk geometris sianak dapat mengatakan bujur sangkar.
5) DISCRIMINATION LEARNING (Belajar Diskriminasi )
Belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian diantara dua perangsang ,kemudian memilih pola pola respons yang dianggap paling sesuai. Contoh: anak dapat mengenal berbagai merek mobil beserta namanya walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan.
6) CONCEPT LEARNING( Belajar konsep )
Adalah belajar pengertian dengan berdasar kesamaan ciri ciri dari sekumpulan stimulus dan obyek obyeknya, ia membentuk suatu pengertian. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitar menurut konsep itu.
7) RULE LEARNING ( Belajar Aturan )
Rule Learning adalah membuat generalisasi hukum dan kaidah2. Siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah logika formal ( induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi yang yang mungkin dapat dipandang sebagai Rule
8) PROBLIM SOLVING Pemecahan Masalah )
Pada tingkat ini anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respons rangsangan yang menggambarkan situasi problematik dengan menggunakan berbagai kaidah yang dikuasai
Langkah Problem solving:
1. Menegaskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan.
4. Mengadakan pengujian
G. MEMILIH SISTEM BELAJAR MENGAJAR
Belajar mencari dan menemukan sendiri. Guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Ada empat sistem belajar mengajar mengajar yang menarik yaitu;
1) Enquiry Discovery Approach
a. Simulation: Guru menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang berbagai memuat permasalahan.
b. Problem Statement: anak diberi kesempatan mengidentifikasi permasalahan. Permadsalahan yg dipilih, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, hipotesis, pernyataan ( statement )
c. Data Collection: Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis,anak supaya mengumpulkan berbagai koleksi informasi, membaca literatur, melakukan uji coba sendiri dsb.
d. Data Processing: semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dg cara tertentu, dan ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Veryfication atau pembuktian.Berdasarkan hasil pengolahan atau informasi yang ada pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu, kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, terbukti atau tidak.
f. Generalization: berdasrkan hasil verifikasi tadi,anak didik belajar menarik kesimpulan atau generaalisasi tertentu.
2) Expository Approach
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkansecara rapi, sistematik, dan lengkap, sehingga anak didik tinggalmenyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
3) Mastery Learning
Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswayang mampu menguasai bahan 90%-100% dari penyajian guru. Sebagianbesar siswa bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yanglebih kecil lagi penguasaannya terhadap bahan yang disajikan guru.Adanya variasi penguasaan bahan ini mencerminkan adanya variasikemampuan para siswa.
4) Humanistic Educations
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasarkecerdasan para siswa itu sangat bervariasi secara individual. Oleh karenaitu muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantusiswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau self realizationsesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya.
Carapendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches.Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya janganmembuat jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus menempatkan diriberdampingan dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadisumber atau konsultan dan berbicara. Taraf akhir dari proses belajarmengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimalmungkin dari setiap anak didik.
5) Pengorganisasian Kelompok Belajar
Gage dan Barliner (1975:447-450), juga Norman MacKenzie dan rekan-rekannya (UNESCO,1972:126) menyarankan pengorganisasian kelompok belajar siswa ke dalam susunan sebagai berikut:
a) N=1. Pada situasi ekstrem, kelompok belajar mungkin hanya terdiri atas seorang siswa atau seorang siswa bekerja individual saja.metode belajarnya bisa disebut dengan tutorial, pengajaran berprogram, studi individual, atau independent study,
b) N=2-20. Kelompok belajar kecil, mungkin terdiri atas 2 sampai 20 siswa. Metode belajar seperti ini biasanya disebut dengan metode diskusi atau seminar.
c) N=2-40. Kelompok besar mungkin berkisar antar 20-40 siswa. Metode ini disebut metode belajar mengajar kelas. Metodenya mungkin bervariasi, sesuai dengan kesenangan dan kemampuan guru unuk mengelolanya.
d) N=40 lebih besar atau ukuran kelompok melebihi 40 orang. Metode belajar-mengajar lazim disebut (ceramah) atau the lecture.
H. IMPLEMENTASI BELAJAR MENGAJAR
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga dalam implementasi belajar mengajar guru harus memiliki Job Deskription yang meliputi;
1) perencanaan, mempelajari masa depan dan menyusun rencana kerja
2) pengorganisasian, mengelompokkan komponen belajar mengajar ke dalam struktur organisasi secara teratur
3) pengarahan, menyatukan dan dan mengorelasikan semua kegiatan
4) pengawasan, memeriksa agar semua yang dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan.
laporan observasi bk
TUGAS BIMBINGAN DAN KONSELING
“ LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING “
Di Susun Oleh :
1. Nur Aeni 1102410024
2. Yuyun Cahyatun 4001410005
3. May Munah 4001410068
4. Kevin Mahendrani 40014100
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata manajemen, bahkan kita tidak hanya mendengarkan melainkan juga sering memakainya dalam lingkungan kita setiap harinya. Mulai dari manajemen diri, manajemen pendidikan, manjemen sekolah, manajemen bimbingan dan konseling, manajemen perusahaan, manajemen industri, manajemen akuntansi dan masih banyak lagi yang tidak bisa kita sebutkan satu-satu. Pada kesempatan ini kita akan membahas lebih banyak lagi khususnya manajemen BK di sekolah.
Manajemen merupakan proses kegiatan yang dilakukan dengan kerja sama untuk mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Manajemen menuntut adanya tindakan yang dilandasi oleh proses berpikir rasional dan berlandaskan pada data yang empirik yang terjadi di sekolah khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling. Manajemen BK merupakan prosedur tindakan untuk menertibkan program BK agar pelaksanaan pelayanan BK di sekolah dapat berjalan lancar.
Suatu program pelayanan BK di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri sangat ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumer daya yang ada. Untuk itu manajemen sangat diperlukan dalam program bimbingan dan konseling di sekolah agar pelayanan BK dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuan yanng telah direncanakan. Pada kesempatan ini penulis melakukan observasi di SMP N 1 Bulakamba guna mengetahui pelaksanaan manajemen BK secara konkrit, apakah sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya ataukah malah menyimpang dari manajemen BK yang sebenarnya semua dapat terlihat dari hasil observasi ini.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana visi dan misi BK SMP N 1 Bulakamba ?
b) Bagaimana kegiatan manajemen pelayanan Bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba ?
c) Bagaimana operasinalisasi program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba ?
d) Bagaimana pola organisasi bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba?
3. Tujuan
a) Mengetahui visi dan misi BK di SMP N 1 Bulakamba.
b) Mengetahui kegiatan manajemen pelayanan Bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba.
c) Mengetahui operasinalisasi program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba.
d) Mengetahui pola organisasi bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba.
BAB II
PELAKSANAAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMP N 1 BULAKAMBA
1. Visi dan Misi SMP N 1 Bulakamba
Visi : Terwujudnya manusia yang bertaqwa, berbudi, terampil dan bermutu
Misi : a) Melaksanakan intensifikasi proses pembelajaran baik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler
b) Melakukan pelatihan dan mendorong siswa mengenal potensinya
c) Mengoptimalkan potensi guru dalam bimbingan pembelajaran dan keterampilan
d) Memperdayakan potensi yang ada meliputi : guru, siswa, sarana dan prasarana, masyarakat, dan lingkungan sekkolah.
2. Pola manajemen
Pola manajemen yang digunakan di SMP N 1 Bulakamba sudah termasuk dalam kategori pola manajemen yang modern. Hal itu terlihat dari gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala sekolah kepada para bawahannya, yaitu kepala sekolah tidak lagi otoriter melainkan sudah memberikan kebebasan kepada para personil lain di sekolah untuk menyusun program-program di sekolah asalkan dapat dipertanggungjawabkan dan tetap mengarah pada pencapaian visi dan misi sekolah. Kebebasan di sini tidak berarti bebas tapi tak terbatas, kebebasan di sini berarti setiap personil sekolah mempunyai wewenang untuk menyusun program namun tetap harus saling bekerjasama dengan personil lain dalam menyusun program-program di sekolah demi terwujudnya visi dan misi SMP N 1 Bulakamba.
3. Kegiatan Manajemen Pelayanan
Bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba juga sudah mempunyai kegiatan manajemen pelayanan yang cukup baik diantaranya :
a. Tingkat kebutuhan siswa SMP N 1 Bulakamba akan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah cukup tinggi, artinya hampir setiap siswa merasa butuh dengan adanya layanan BK, banyak dari mereka yang sudah mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan layanan BK yang ada tanpa harus diminta oleh guru BK atau dipaksa oleh guru bidang studi atau wali kelas
b. Jumlah guru BK di SMP N 1 Bulakamba masih kurang memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah siswanya mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. SMP N 1 Bulakamba hanya memiliki 2 guru BK yaitu Munawar, S. Pd dan Sri Wahyuningsih, S.Psi., di mana masing-masing guru BK memegang kurang lebih 300 siswa asuh.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba dilaksanakan di dalam dan di luar jam sekolah. Guru BK mempunyai jam masuk kelas selama 1 jam pelajaran (45 menit) untuk setiap kelas dalam satu minggu sekali. Selain itu kegiatan BK juga sering dilaksanakan di luar jam sekolah seperti layanan konsultasi, konseling individual dan bimbingan kelompok.
d. Jenis layanan BK yang dilaksanakan di SMP N 1 Bulakamba meliputi :
Layanan informasi : intensitasnya sering
Layanan orientasi : sering
Layanan penempatan dan penyaluran : sering
Layanan bimbingan belaja : sering
Layanan Konseling individual : sering
Layanan bimbingan kelompok : insidental
Layanan konseling kelompok : jarang
Layanan mediasi : jarang
Konsultasi : sering
e. Kegiatan pendukung yang ada di SMP N 1 Bulakamba, meliputi :
Aplikasi instrumentasi
Himpunan data
Konferensi kasus
Kunjungan rumah
Alih tangan kasus
f. Frekuensi layanan : setiap siswa menerima layanan bimbingan konseling minimal 5 X setiap semester selama 3 tahun/selama siswa sekolah di SMP N 1 Bulakamba
4. Manajemen Komponen BK
a. Personel dalam bimbingan dan konseling
Personel merupakan sekelompok individu yang terbagi berdasarkan tugas dan perannya di dalam manajemen bimbingan dan konseling yang saling berhubungan. Personel-personel bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba meliputi :
1) Kepala sekolah
Kepala sekolah SMP N 1 Bulakamba dalam manajemen BK berkedudukan sebagai manajer sekolah dan penanggung jawab pelaksanaan teknik bimbingan dan konseling. Adapun sebagai penanggung jawab pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai berikut :
Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, bimbingan dan konseling.
Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
Melaksanakan supervisi (pengawasan dan pembinaan) terhadap program layanan bimbingan dan konseling
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Menetapkan koordinator konselor yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama para konselor
Membuat surat tugas konselor dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap awal semester
Mengadakan kerjasama dengan instalasi lain terkait dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
2) Guru pembimbing
Guru BK di sini merupakan pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Sedangkan tugasnya sebagai berikut :
• Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
• Merencanakan program bimbingan dan konseling
• Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
• Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah siswa yang memadai tanggung jawab
• Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
• Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
• Menganalisis hasil evaluasi
• Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi
• Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
• Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator konselor
3) Guru mata pelajaran
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya
Berpertisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan potensi serta berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus.
4) Staf tata usaha
Membantu konselor dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
Membantu menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling
Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif siswa.
5) Wali kelas
Membantu konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Di atas merupakan tugas dan peran personel-personel sekolah di SMP N 1 Bulakamba yang ada dalam manjemen BK. Selanjutnya manajemen personel sekolah dalam bimbingan dan konseling meliputi :
1. Perencanaan
Merencanakan program kerja personel
Merencanakan sasaran tujuan yang akan dicapai
Menetapkan alternatif-alternatif yang akan diambil untuk membantu kesulitan para personil
2. Pengorganisasian
Mengelompokkan personel sekolah berdasarkam kemampuan dan potensi yang dimiliki
Menyusun dan membagi tugas personel berdasarkan keahlian dan kemampuan personil
3. Penggerakan
Sinkronisasi antara kebutuhan dan kemampuan personel dengan tugas dan pelayanan BK
Menjalin kerjasama dan semangat dalam bekerja antarpersonel
4. Pengawasan
Menyusun standart kualitas kerja yang harus dilakukan personel
Memberikan riward terhadap personil yang berprestasi
b. Siswa
Siswa merupakan kelompok langsung penerima layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan manjemen kesiswaan sebagai salah satu komponen dalam bimbingan dan konseling meliputi :
1. Perencanaan
Merencanakan dan merinci siswa-siswa yang menjadi sasaran pelayanan
Menetapkan alternatif-alternatif yang akan diambil untuk membantu siswa mengatasi masalah
Mengidentifikasi program-program layanan BK yang menjadi kebutuhan siswa
2. Pengorganisasian
Mengelompokkan siswa-siswa yang mengalami permasalahan untuk segera ditangani
Menyususn dan menganalisis kebutuhan siswa untuk diberikan pelayanan
3. Penggerakan
Sinkronisasi antara kebutuhan siswa dengan pelayanan BK
Memberikan pelayanan dan tugas yang sesuai dengan kondisi siswa
4. Pengawasan
Memberikan reward terhadap siswa yang baik
Memberikan hukuman yang mendidik kepada siswa yang melakukan kesalahan
c. Program bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti program mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan siswa SMP N 1 Bulakamba yang tertera dalam lampiran. Manajemen program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
Menetapkan program yang akan diberikan beserta prediksinya
Menetapkan tujuan yang akan diperoleh dengan membuat program tersebut
Menetapkan rencana penilaian keberhasilan program dan menentukan waktu pelaksanaannya
2. Pengorganisasian
Membagi dan mengelompokkan program-program yang perlu segera dilaksanakan
Merancang struktur formal program yang sudah direncanakan berdasarkan waktu dan kebutuhan
3. Penggerakan
Menyampaikan program yang telah disusun
Sinkronisasi antara program yang telah disusun dengan kebutuhan yang dihadapi
4. Pengawasan
Menetapkan standart penilaian keberhasilan program
Mengoreksi program yang telah dilaksanakan
d. Kurikulum
Kurikulum bimbingan dan konseling merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode penyampaian dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Sedangkan manajemen kurikulum bimbimngan dan konseling meliputi :
1. Pelaksanaan
Menetapkan materi yanng akan diajarkan
Menetapkan tujuan dan hasil yang akan dicapai
Menetapkan sumber bahan yang akan menjadi pedoman materi
2. Pengorganisasian
Membagi materi yang akan disampaikan berdasarkan kebutuhan siswa
Mengelompokkan dan membagi materi yang akan diberikan dengan kapasitas waktu yang tersedia
3. Penggerakan
Memberikan materi yang telah disusun kepada siswa
Mensingkronkan materi yang telah disusun dengan alokasi waktu dan kebutuhan
4. Pengawasan
Menetapkan standart evaluasi materi
Menilai layanan yang telah dijalankan berdasarkan ketentuan evaluasi yang telah ditetapkan
e. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dan tidak langsung menunjang dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling yang tersedia di SMP N 1 Bulakamba sudah cukup memadai untuk pelaksanaan layanan BK di sekolah, diantaranya :
1. Ruang BK (ruang kerja), yanng meliputi : rak majalah, filling cabinet, almari, meja dan kursi, bangku tunggu, kotak masalah, papan media bimbingan, almari kaca, meja dan kursi tunggu, komputer, papan statistik, papan jadwal kegiatan BK, papan jadwal pelaksanaan program BK, papan pengumuman, tempat sampah, rak buku dan jam dinding.
2. Peralatan instrumentasi
3. Bahan-bahan informasi
4. Buku-buku bimbingan
Selanjutnya mengenai manajemen sarana dan prasarana bimbingan dan konseling memiliki tahapan sebagai berikut :
1) Perencanaan
Menetapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
Menetapkan tujuan dan hasil yang akan dicapai
Menetapkan alternatif sarana dan prasarana yang akan menjadi acuan
2) Pengorganisasian
Membagi sarana dan prasarana yang akan digunakan berdasarkan kebutuhan siswa
Mengelompokkan sarana prasarana sesuai manfaat dan kegunaan
3) Penggerakan
Mensingkronkan antara sarana dan prasarana yang telah tersedia dengan kebutuhan siswa
4) Pengawasan
Menetapkan standart sarana dan prasaran
Meneliti kegunaan sarana dan prasarana yang telah digunakan
f. Keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara alngsung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan kegiatan bimbingan dan konseling. Manajemen komponen keuangan meliputi tahap sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menetapkan sumber dana yang akan dipakai
Menetapkan alokasi dana yang akan dipakai
Menetapkan alternatif sumber keuangan yang akan digunakan jika dana yang tersedia belum mencukupi
2. Pengorganisasian
o Membagi sumber dana yang akan digunakan berdasarkan kebutuhan
o Mengelompokkan dan memerinci alokasi dana yang akan digunakan
3. Penggerakan
Menggunakan dana sesuai dengan perencanaan
Mensingkronkan anggaran dana yang telah disusun dengan alokasi waktu dan kebutuhan
4. Pengawasan
o Menetapkan standart evaluasi penggunaan dana
o Menilai prosedur penggunaan dana yang telah dijalankan berdasarkan ketentuan evaluasi yang telah ditetapkan
g. Hubungan dengan masyarakat
Konselor dituntut ntuk senantiasaberusaha membina dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat guna mendapatkan dukungan, pengertian dan bantuan yang dapat memperlancar kegiatan bimbingan dan konseling. Sedangkan manajemen konponen hubungan konselor sekolah dengan masyarakat dapat dilihat sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menetapkan tokoh-tokoh masyarakat yang akan diajak bekerja sama
Menetapkan tujuan dan hasil yang akan dicapai
2. pengorganisasian
o Membagi dan menetapkan tokoh-tokoh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensinya
o Mengelompokkan tokoh-tokoh masyarakat sesuai manfaat dan kegunaan perekrutan
3. Penggerakan
Mensingkronkan antara kemampuan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh masyarakat ke dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
4. Pengawasan
Menilai kemampuan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh masyarakat dalam melaksanakan kerjasama yang telah dijalankan
5. Operasionalisasi program bimbingan dan konseling
Fungsi utama manajemen adalah memberjalankan kegiatan yang menjadi kehidupan dan arus pokok yang diemban oleh manajemen tersebut. Dalam hal ini kegiatan bimbingan dan konseling sehari-hari terwujud di dalam :
1. Penyusunan program
2. Pelaksanaan program
3. Penilaian hasil penilaian layanan
4. Evaluasi hasil penilaian layanan
5. Tindak lanjut
Kegiatan sehari-hari terhimpun dalam program-program bimbingan dan konselinng mulai dari program tahunan, program semesteran, program bulanan dan program harian secara menyeluruh selama satu jenjang pendidikan di sekolah. Program-program tersebut pada akhirnya dijabarkan sedemikian rupa hingga menjadi kegiatan harian yang secara langsung dapat dilaksanakan terhadap sasaran layanan. Kegiatan harian tersebut direnvanakan dalam bentuk satuan kegiatan berupa satuan layanan (SATKKUN) dan satuan pendukung (SATKUNG) yang terlampir pada bagian akhir beserta hasil evaluasi, analisis hasil evaluasi dan tindak lanjutnya.
6. Pola organisasi bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba
Keterangan organigram :
1. Kepala sekolah : penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolahnya
2. Guru pembimbing : pelaksana utama yang mengkoordinir semua koordinator BK kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
3. Guru mata pelajaran : pelaksana pengajaran serta pelatihan serta bertanggungjawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling
4. Wali kelas : mengajar, melatih, mengelola satu kelas siswa serta bertanggungjawab kegiatan bimbingan dan konseling di kelas
5. Siswa : Peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan dan pelayanan bimbingan dan konseling
6. Tata usaha : Pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan administrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling
7. Komite sekolah : organisasi orang tua siswa yang berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan Kepala Sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan palayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan secara efektif.
Aspek-aspek dalam manajemen bimbingan dan konseling meliputi :
a) Perencanaan program bimbingan dan konseling
b) Pengorganisasian program bimbingan dan konseling
c) Pelaksanaan/penggerakan program bimbingan dan konseling
d) Pengawasan program bimbingan dan konseling
Pada umumnya pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba sudah baik mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Begitu juga manjemen bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba juga sudah merata yang mecakup :
a. Bidang pelayanan bimbingan dan konseling
b. Komponen bimbingan dan konseling, mencakup :
Personel dalam bimbingan dan konseling
Siswa
Program bimbingan dan konseling
Kurikulum
Sarana prasarana
Keuangan atau pembiayaan
Hubungan dengan masyarakat
c. Operasionalisasi program bimbingan dan konseling
d. Pola organisasi bimbingan dan konseling
2. Saran
Suatu program pelayanan BK di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri sangat ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan.
“ LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING “
Di Susun Oleh :
1. Nur Aeni 1102410024
2. Yuyun Cahyatun 4001410005
3. May Munah 4001410068
4. Kevin Mahendrani 40014100
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata manajemen, bahkan kita tidak hanya mendengarkan melainkan juga sering memakainya dalam lingkungan kita setiap harinya. Mulai dari manajemen diri, manajemen pendidikan, manjemen sekolah, manajemen bimbingan dan konseling, manajemen perusahaan, manajemen industri, manajemen akuntansi dan masih banyak lagi yang tidak bisa kita sebutkan satu-satu. Pada kesempatan ini kita akan membahas lebih banyak lagi khususnya manajemen BK di sekolah.
Manajemen merupakan proses kegiatan yang dilakukan dengan kerja sama untuk mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Manajemen menuntut adanya tindakan yang dilandasi oleh proses berpikir rasional dan berlandaskan pada data yang empirik yang terjadi di sekolah khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling. Manajemen BK merupakan prosedur tindakan untuk menertibkan program BK agar pelaksanaan pelayanan BK di sekolah dapat berjalan lancar.
Suatu program pelayanan BK di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri sangat ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumer daya yang ada. Untuk itu manajemen sangat diperlukan dalam program bimbingan dan konseling di sekolah agar pelayanan BK dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuan yanng telah direncanakan. Pada kesempatan ini penulis melakukan observasi di SMP N 1 Bulakamba guna mengetahui pelaksanaan manajemen BK secara konkrit, apakah sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya ataukah malah menyimpang dari manajemen BK yang sebenarnya semua dapat terlihat dari hasil observasi ini.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana visi dan misi BK SMP N 1 Bulakamba ?
b) Bagaimana kegiatan manajemen pelayanan Bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba ?
c) Bagaimana operasinalisasi program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba ?
d) Bagaimana pola organisasi bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba?
3. Tujuan
a) Mengetahui visi dan misi BK di SMP N 1 Bulakamba.
b) Mengetahui kegiatan manajemen pelayanan Bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba.
c) Mengetahui operasinalisasi program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba.
d) Mengetahui pola organisasi bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba.
BAB II
PELAKSANAAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMP N 1 BULAKAMBA
1. Visi dan Misi SMP N 1 Bulakamba
Visi : Terwujudnya manusia yang bertaqwa, berbudi, terampil dan bermutu
Misi : a) Melaksanakan intensifikasi proses pembelajaran baik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler
b) Melakukan pelatihan dan mendorong siswa mengenal potensinya
c) Mengoptimalkan potensi guru dalam bimbingan pembelajaran dan keterampilan
d) Memperdayakan potensi yang ada meliputi : guru, siswa, sarana dan prasarana, masyarakat, dan lingkungan sekkolah.
2. Pola manajemen
Pola manajemen yang digunakan di SMP N 1 Bulakamba sudah termasuk dalam kategori pola manajemen yang modern. Hal itu terlihat dari gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala sekolah kepada para bawahannya, yaitu kepala sekolah tidak lagi otoriter melainkan sudah memberikan kebebasan kepada para personil lain di sekolah untuk menyusun program-program di sekolah asalkan dapat dipertanggungjawabkan dan tetap mengarah pada pencapaian visi dan misi sekolah. Kebebasan di sini tidak berarti bebas tapi tak terbatas, kebebasan di sini berarti setiap personil sekolah mempunyai wewenang untuk menyusun program namun tetap harus saling bekerjasama dengan personil lain dalam menyusun program-program di sekolah demi terwujudnya visi dan misi SMP N 1 Bulakamba.
3. Kegiatan Manajemen Pelayanan
Bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba juga sudah mempunyai kegiatan manajemen pelayanan yang cukup baik diantaranya :
a. Tingkat kebutuhan siswa SMP N 1 Bulakamba akan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah cukup tinggi, artinya hampir setiap siswa merasa butuh dengan adanya layanan BK, banyak dari mereka yang sudah mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan layanan BK yang ada tanpa harus diminta oleh guru BK atau dipaksa oleh guru bidang studi atau wali kelas
b. Jumlah guru BK di SMP N 1 Bulakamba masih kurang memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah siswanya mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. SMP N 1 Bulakamba hanya memiliki 2 guru BK yaitu Munawar, S. Pd dan Sri Wahyuningsih, S.Psi., di mana masing-masing guru BK memegang kurang lebih 300 siswa asuh.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba dilaksanakan di dalam dan di luar jam sekolah. Guru BK mempunyai jam masuk kelas selama 1 jam pelajaran (45 menit) untuk setiap kelas dalam satu minggu sekali. Selain itu kegiatan BK juga sering dilaksanakan di luar jam sekolah seperti layanan konsultasi, konseling individual dan bimbingan kelompok.
d. Jenis layanan BK yang dilaksanakan di SMP N 1 Bulakamba meliputi :
Layanan informasi : intensitasnya sering
Layanan orientasi : sering
Layanan penempatan dan penyaluran : sering
Layanan bimbingan belaja : sering
Layanan Konseling individual : sering
Layanan bimbingan kelompok : insidental
Layanan konseling kelompok : jarang
Layanan mediasi : jarang
Konsultasi : sering
e. Kegiatan pendukung yang ada di SMP N 1 Bulakamba, meliputi :
Aplikasi instrumentasi
Himpunan data
Konferensi kasus
Kunjungan rumah
Alih tangan kasus
f. Frekuensi layanan : setiap siswa menerima layanan bimbingan konseling minimal 5 X setiap semester selama 3 tahun/selama siswa sekolah di SMP N 1 Bulakamba
4. Manajemen Komponen BK
a. Personel dalam bimbingan dan konseling
Personel merupakan sekelompok individu yang terbagi berdasarkan tugas dan perannya di dalam manajemen bimbingan dan konseling yang saling berhubungan. Personel-personel bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba meliputi :
1) Kepala sekolah
Kepala sekolah SMP N 1 Bulakamba dalam manajemen BK berkedudukan sebagai manajer sekolah dan penanggung jawab pelaksanaan teknik bimbingan dan konseling. Adapun sebagai penanggung jawab pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai berikut :
Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, bimbingan dan konseling.
Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
Melaksanakan supervisi (pengawasan dan pembinaan) terhadap program layanan bimbingan dan konseling
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Menetapkan koordinator konselor yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama para konselor
Membuat surat tugas konselor dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap awal semester
Mengadakan kerjasama dengan instalasi lain terkait dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
2) Guru pembimbing
Guru BK di sini merupakan pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Sedangkan tugasnya sebagai berikut :
• Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
• Merencanakan program bimbingan dan konseling
• Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
• Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah siswa yang memadai tanggung jawab
• Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
• Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
• Menganalisis hasil evaluasi
• Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi
• Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
• Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator konselor
3) Guru mata pelajaran
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya
Berpertisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan potensi serta berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus.
4) Staf tata usaha
Membantu konselor dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
Membantu menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling
Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif siswa.
5) Wali kelas
Membantu konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Di atas merupakan tugas dan peran personel-personel sekolah di SMP N 1 Bulakamba yang ada dalam manjemen BK. Selanjutnya manajemen personel sekolah dalam bimbingan dan konseling meliputi :
1. Perencanaan
Merencanakan program kerja personel
Merencanakan sasaran tujuan yang akan dicapai
Menetapkan alternatif-alternatif yang akan diambil untuk membantu kesulitan para personil
2. Pengorganisasian
Mengelompokkan personel sekolah berdasarkam kemampuan dan potensi yang dimiliki
Menyusun dan membagi tugas personel berdasarkan keahlian dan kemampuan personil
3. Penggerakan
Sinkronisasi antara kebutuhan dan kemampuan personel dengan tugas dan pelayanan BK
Menjalin kerjasama dan semangat dalam bekerja antarpersonel
4. Pengawasan
Menyusun standart kualitas kerja yang harus dilakukan personel
Memberikan riward terhadap personil yang berprestasi
b. Siswa
Siswa merupakan kelompok langsung penerima layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan manjemen kesiswaan sebagai salah satu komponen dalam bimbingan dan konseling meliputi :
1. Perencanaan
Merencanakan dan merinci siswa-siswa yang menjadi sasaran pelayanan
Menetapkan alternatif-alternatif yang akan diambil untuk membantu siswa mengatasi masalah
Mengidentifikasi program-program layanan BK yang menjadi kebutuhan siswa
2. Pengorganisasian
Mengelompokkan siswa-siswa yang mengalami permasalahan untuk segera ditangani
Menyususn dan menganalisis kebutuhan siswa untuk diberikan pelayanan
3. Penggerakan
Sinkronisasi antara kebutuhan siswa dengan pelayanan BK
Memberikan pelayanan dan tugas yang sesuai dengan kondisi siswa
4. Pengawasan
Memberikan reward terhadap siswa yang baik
Memberikan hukuman yang mendidik kepada siswa yang melakukan kesalahan
c. Program bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti program mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan siswa SMP N 1 Bulakamba yang tertera dalam lampiran. Manajemen program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
Menetapkan program yang akan diberikan beserta prediksinya
Menetapkan tujuan yang akan diperoleh dengan membuat program tersebut
Menetapkan rencana penilaian keberhasilan program dan menentukan waktu pelaksanaannya
2. Pengorganisasian
Membagi dan mengelompokkan program-program yang perlu segera dilaksanakan
Merancang struktur formal program yang sudah direncanakan berdasarkan waktu dan kebutuhan
3. Penggerakan
Menyampaikan program yang telah disusun
Sinkronisasi antara program yang telah disusun dengan kebutuhan yang dihadapi
4. Pengawasan
Menetapkan standart penilaian keberhasilan program
Mengoreksi program yang telah dilaksanakan
d. Kurikulum
Kurikulum bimbingan dan konseling merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode penyampaian dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Sedangkan manajemen kurikulum bimbimngan dan konseling meliputi :
1. Pelaksanaan
Menetapkan materi yanng akan diajarkan
Menetapkan tujuan dan hasil yang akan dicapai
Menetapkan sumber bahan yang akan menjadi pedoman materi
2. Pengorganisasian
Membagi materi yang akan disampaikan berdasarkan kebutuhan siswa
Mengelompokkan dan membagi materi yang akan diberikan dengan kapasitas waktu yang tersedia
3. Penggerakan
Memberikan materi yang telah disusun kepada siswa
Mensingkronkan materi yang telah disusun dengan alokasi waktu dan kebutuhan
4. Pengawasan
Menetapkan standart evaluasi materi
Menilai layanan yang telah dijalankan berdasarkan ketentuan evaluasi yang telah ditetapkan
e. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dan tidak langsung menunjang dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling yang tersedia di SMP N 1 Bulakamba sudah cukup memadai untuk pelaksanaan layanan BK di sekolah, diantaranya :
1. Ruang BK (ruang kerja), yanng meliputi : rak majalah, filling cabinet, almari, meja dan kursi, bangku tunggu, kotak masalah, papan media bimbingan, almari kaca, meja dan kursi tunggu, komputer, papan statistik, papan jadwal kegiatan BK, papan jadwal pelaksanaan program BK, papan pengumuman, tempat sampah, rak buku dan jam dinding.
2. Peralatan instrumentasi
3. Bahan-bahan informasi
4. Buku-buku bimbingan
Selanjutnya mengenai manajemen sarana dan prasarana bimbingan dan konseling memiliki tahapan sebagai berikut :
1) Perencanaan
Menetapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
Menetapkan tujuan dan hasil yang akan dicapai
Menetapkan alternatif sarana dan prasarana yang akan menjadi acuan
2) Pengorganisasian
Membagi sarana dan prasarana yang akan digunakan berdasarkan kebutuhan siswa
Mengelompokkan sarana prasarana sesuai manfaat dan kegunaan
3) Penggerakan
Mensingkronkan antara sarana dan prasarana yang telah tersedia dengan kebutuhan siswa
4) Pengawasan
Menetapkan standart sarana dan prasaran
Meneliti kegunaan sarana dan prasarana yang telah digunakan
f. Keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara alngsung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan kegiatan bimbingan dan konseling. Manajemen komponen keuangan meliputi tahap sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menetapkan sumber dana yang akan dipakai
Menetapkan alokasi dana yang akan dipakai
Menetapkan alternatif sumber keuangan yang akan digunakan jika dana yang tersedia belum mencukupi
2. Pengorganisasian
o Membagi sumber dana yang akan digunakan berdasarkan kebutuhan
o Mengelompokkan dan memerinci alokasi dana yang akan digunakan
3. Penggerakan
Menggunakan dana sesuai dengan perencanaan
Mensingkronkan anggaran dana yang telah disusun dengan alokasi waktu dan kebutuhan
4. Pengawasan
o Menetapkan standart evaluasi penggunaan dana
o Menilai prosedur penggunaan dana yang telah dijalankan berdasarkan ketentuan evaluasi yang telah ditetapkan
g. Hubungan dengan masyarakat
Konselor dituntut ntuk senantiasaberusaha membina dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat guna mendapatkan dukungan, pengertian dan bantuan yang dapat memperlancar kegiatan bimbingan dan konseling. Sedangkan manajemen konponen hubungan konselor sekolah dengan masyarakat dapat dilihat sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menetapkan tokoh-tokoh masyarakat yang akan diajak bekerja sama
Menetapkan tujuan dan hasil yang akan dicapai
2. pengorganisasian
o Membagi dan menetapkan tokoh-tokoh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensinya
o Mengelompokkan tokoh-tokoh masyarakat sesuai manfaat dan kegunaan perekrutan
3. Penggerakan
Mensingkronkan antara kemampuan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh masyarakat ke dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
4. Pengawasan
Menilai kemampuan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh masyarakat dalam melaksanakan kerjasama yang telah dijalankan
5. Operasionalisasi program bimbingan dan konseling
Fungsi utama manajemen adalah memberjalankan kegiatan yang menjadi kehidupan dan arus pokok yang diemban oleh manajemen tersebut. Dalam hal ini kegiatan bimbingan dan konseling sehari-hari terwujud di dalam :
1. Penyusunan program
2. Pelaksanaan program
3. Penilaian hasil penilaian layanan
4. Evaluasi hasil penilaian layanan
5. Tindak lanjut
Kegiatan sehari-hari terhimpun dalam program-program bimbingan dan konselinng mulai dari program tahunan, program semesteran, program bulanan dan program harian secara menyeluruh selama satu jenjang pendidikan di sekolah. Program-program tersebut pada akhirnya dijabarkan sedemikian rupa hingga menjadi kegiatan harian yang secara langsung dapat dilaksanakan terhadap sasaran layanan. Kegiatan harian tersebut direnvanakan dalam bentuk satuan kegiatan berupa satuan layanan (SATKKUN) dan satuan pendukung (SATKUNG) yang terlampir pada bagian akhir beserta hasil evaluasi, analisis hasil evaluasi dan tindak lanjutnya.
6. Pola organisasi bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba
Keterangan organigram :
1. Kepala sekolah : penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolahnya
2. Guru pembimbing : pelaksana utama yang mengkoordinir semua koordinator BK kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
3. Guru mata pelajaran : pelaksana pengajaran serta pelatihan serta bertanggungjawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling
4. Wali kelas : mengajar, melatih, mengelola satu kelas siswa serta bertanggungjawab kegiatan bimbingan dan konseling di kelas
5. Siswa : Peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan dan pelayanan bimbingan dan konseling
6. Tata usaha : Pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan administrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling
7. Komite sekolah : organisasi orang tua siswa yang berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan Kepala Sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan palayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan secara efektif.
Aspek-aspek dalam manajemen bimbingan dan konseling meliputi :
a) Perencanaan program bimbingan dan konseling
b) Pengorganisasian program bimbingan dan konseling
c) Pelaksanaan/penggerakan program bimbingan dan konseling
d) Pengawasan program bimbingan dan konseling
Pada umumnya pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba sudah baik mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Begitu juga manjemen bimbingan dan konseling di SMP N 1 Bulakamba juga sudah merata yang mecakup :
a. Bidang pelayanan bimbingan dan konseling
b. Komponen bimbingan dan konseling, mencakup :
Personel dalam bimbingan dan konseling
Siswa
Program bimbingan dan konseling
Kurikulum
Sarana prasarana
Keuangan atau pembiayaan
Hubungan dengan masyarakat
c. Operasionalisasi program bimbingan dan konseling
d. Pola organisasi bimbingan dan konseling
2. Saran
Suatu program pelayanan BK di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri sangat ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan.
Langganan:
Postingan (Atom)