Sabtu, 28 Januari 2012

konsep strategi belajar mengajar

RESUME
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Desain dan Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu; Dra. Nurussa’adah, M.Si

Disusun Oleh:
Muhammad Witanto (1102407031)
Wahyudin (1102407033)
Zulfa Riza Y (1102409025)
Abdul Muiz (1102410014)
Dony Wahyudi (1102410016)
Anjar Nurdian S (1102410022)
Abdul Rozaq (1102410058)



TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
KONSEP STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR

A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Secara umum strategi diartikan sebagai suatu garis haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Empatstrategi dasar dalam proses belajar-mengajar, yaitu :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar-mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga bisa menjadi pegangan guru dalam kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas-batas keberhasilan serta standar keberhasilan hingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam proses evaluasi hasil belajar-mengajar.

B. KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar, yaitu :
1. Konsep dasar strategi belajar-mengajar
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi :
a). Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
b). Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
c) Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
d) Menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

2. Sasaran kegiatan belajar-mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia harus memiliki kualifikasi :
a)Pengembangan bakat secara optimal
b)Hubungan antarmanusia
c)Efisiensi ekonomi
d)Tanggung jawab selaku warga negara
Pandangan hidup para guru dan anak didik akan turut mewarnai berkenaan dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman, yang mana konsekuensinya akan mempengaruhi kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian serta penilaian terhadap kegiatan belajar- mengajar.

C. BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI SUATU SISTEM
Sebagai suatu sistem belajar- mengajar meliputi seperangkat komponen, antara lain; tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu, tetapi harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan
D. HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Yang mana tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap serta meliputi segala aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, semuanya termasuk cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan proses belajar-mengajar.

E. ENTERING BEHAVIOUR SISWA
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan tingkah laku baik secara material-substansial, struktural-fungsional, ataupun secara behaviour. Selanjutnya untuk memastikan tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan kegiatan hasil belajar-mengajar, seorang guru harus mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik ketika akan masuk sekolah dan mulai kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik ini disebut Entering Behaviour Siswa.
Menurut Abin Syamsuddin, Entering behaviour dapat diidentifikasikan kepada 2, yaitu :
1) Secara tradisional, telah lazim para guru mengawali proses belajar mengajar dengan menanyakan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya sebelum menjelaskan materi baru.
2) Secara inovatif, guru tertentu diberbagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pre test sebelum mereka mengikuti proses belajar mengajar.

Ada 3 dimensi dari entering behaviour yang perlu diketahui oleh guru :
1) Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa.
2) Tingkatan tahapan pengetahuan, terutama kemampuan yang telah dimiliki siswa.
3) Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikosofik.

F. POLA-POLA BELAJAR SISWA
Robert M.Gagne membedakan pola-pola belajar siswa menjadi 8 tipe yaitu;
1) SIGNAL LEARNING ( Belajar Isyarat )
Diartikan sebagai proses penguasaan pola pola dasar perilaku yang bersifat Involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari). Kondisi yang diperlukan dalam tipe ini adalah diberikannya stimulus /signal secara serempak, perangsang tertentu secara berulang kali. Misalnya aba aba siap Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang.
2) STIMULUS RESPON LEARNING
Belajar dengan trial and error (mencoba coba), Kondisi yang diperlukan dalam tipe ini faktor Inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting.Makin singkat jarak S – R S – R berikutnya semakin kuat Reinforcement.
3) CHAINING ( Rantai atau Rangkaian )
Kondisi yang diperlukan dalam tipe belajar ini adalah secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S – R baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, reinforcement penting bagi berlangsungnya proses chaining.Contoh: Ibu bapak, kampung halaman, selamat tinggal

4) VERBAL ASSOCIATION
Belajar menghubungkan satuan ikatan stimulus respons yang satu dengan yang lain. Contoh diperlihatkan bentuk geometris sianak dapat mengatakan bujur sangkar.
5) DISCRIMINATION LEARNING (Belajar Diskriminasi )
Belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian diantara dua perangsang ,kemudian memilih pola pola respons yang dianggap paling sesuai. Contoh: anak dapat mengenal berbagai merek mobil beserta namanya walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan.
6) CONCEPT LEARNING( Belajar konsep )
Adalah belajar pengertian dengan berdasar kesamaan ciri ciri dari sekumpulan stimulus dan obyek obyeknya, ia membentuk suatu pengertian. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitar menurut konsep itu.
7) RULE LEARNING ( Belajar Aturan )
Rule Learning adalah membuat generalisasi hukum dan kaidah2. Siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah logika formal ( induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi yang yang mungkin dapat dipandang sebagai Rule
8) PROBLIM SOLVING Pemecahan Masalah )
Pada tingkat ini anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respons rangsangan yang menggambarkan situasi problematik dengan menggunakan berbagai kaidah yang dikuasai


Langkah Problem solving:
1. Menegaskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan.
4. Mengadakan pengujian
G. MEMILIH SISTEM BELAJAR MENGAJAR
Belajar mencari dan menemukan sendiri. Guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Ada empat sistem belajar mengajar mengajar yang menarik yaitu;
1) Enquiry Discovery Approach
a. Simulation: Guru menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang berbagai memuat permasalahan.
b. Problem Statement: anak diberi kesempatan mengidentifikasi permasalahan. Permadsalahan yg dipilih, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, hipotesis, pernyataan ( statement )
c. Data Collection: Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis,anak supaya mengumpulkan berbagai koleksi informasi, membaca literatur, melakukan uji coba sendiri dsb.
d. Data Processing: semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dg cara tertentu, dan ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Veryfication atau pembuktian.Berdasarkan hasil pengolahan atau informasi yang ada pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu, kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, terbukti atau tidak.
f. Generalization: berdasrkan hasil verifikasi tadi,anak didik belajar menarik kesimpulan atau generaalisasi tertentu.
2) Expository Approach
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkansecara rapi, sistematik, dan lengkap, sehingga anak didik tinggalmenyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
3) Mastery Learning
Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswayang mampu menguasai bahan 90%-100% dari penyajian guru. Sebagianbesar siswa bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yanglebih kecil lagi penguasaannya terhadap bahan yang disajikan guru.Adanya variasi penguasaan bahan ini mencerminkan adanya variasikemampuan para siswa.
4) Humanistic Educations
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasarkecerdasan para siswa itu sangat bervariasi secara individual. Oleh karenaitu muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantusiswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau self realizationsesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya.
Carapendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches.Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya janganmembuat jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus menempatkan diriberdampingan dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadisumber atau konsultan dan berbicara. Taraf akhir dari proses belajarmengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimalmungkin dari setiap anak didik.
5) Pengorganisasian Kelompok Belajar
Gage dan Barliner (1975:447-450), juga Norman MacKenzie dan rekan-rekannya (UNESCO,1972:126) menyarankan pengorganisasian kelompok belajar siswa ke dalam susunan sebagai berikut:
a) N=1. Pada situasi ekstrem, kelompok belajar mungkin hanya terdiri atas seorang siswa atau seorang siswa bekerja individual saja.metode belajarnya bisa disebut dengan tutorial, pengajaran berprogram, studi individual, atau independent study,
b) N=2-20. Kelompok belajar kecil, mungkin terdiri atas 2 sampai 20 siswa. Metode belajar seperti ini biasanya disebut dengan metode diskusi atau seminar.
c) N=2-40. Kelompok besar mungkin berkisar antar 20-40 siswa. Metode ini disebut metode belajar mengajar kelas. Metodenya mungkin bervariasi, sesuai dengan kesenangan dan kemampuan guru unuk mengelolanya.
d) N=40 lebih besar atau ukuran kelompok melebihi 40 orang. Metode belajar-mengajar lazim disebut (ceramah) atau the lecture.

H. IMPLEMENTASI BELAJAR MENGAJAR
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga dalam implementasi belajar mengajar guru harus memiliki Job Deskription yang meliputi;
1) perencanaan, mempelajari masa depan dan menyusun rencana kerja
2) pengorganisasian, mengelompokkan komponen belajar mengajar ke dalam struktur organisasi secara teratur
3) pengarahan, menyatukan dan dan mengorelasikan semua kegiatan
4) pengawasan, memeriksa agar semua yang dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank yaws