KURIKULUM HUMANISTIK
Pengertian kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dimensi bahasan Kurikulum
1. Kurikulum Sebagai Ilmu
2. Kurikulum Sebagai Sistem
3. Kurikulum Sebagai Rencana
Model Kurikulum
1. Kurikulum Subyek Akademik
2. Kurikulum Humanistik
3. Kurikulum Rekonstruksi
4. Kurikulum Kompetensi
Konsep Kurikulum
Kurikulum Subyek Akademik banyak mengacu pada pendidikan Klasik yaitu Perenialisme dan Esensialisme; kurikulum Humanistik pada Pendidikan Pribadi; kurikulum Rekontruksi Sosial pada Pendidikan Interaksional; dan kurikulum Kompetensi pada Teknologi Pendidikan.
Disini kami mendapat kesempatan untuk membahas lebih lanjut tentang KURIKULUM HUMANISTIK.
Konsep kurikulum humanistik
Model Kurikulum Humanistik menekankan pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual, afektif, dengan psikomotor.
Tujuan Pembelajaran dalam Kurikulum Humanistik
Pendidikan lebih menekankan pada bagaimana membelajarkan peserta didik (mendorong peserta didik), bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pembelajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan.
Aliran Pendidikan Humanistik
1. Pendidikan konfluen
2. Pendidikan kritikisme radikal
3. Pendidikanmistikisme modern
Model Kurikulum Humanistik menekankan pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual, afektif, dengan psikomotor. Kurikulum Humanistik menekankan pengembangan potensi dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik, student centered atau student based teaching, peserta didik menjadi subyek dan pusat kegiatan. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam pendidikan pribadi.
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (Personalized Education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subyek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi-potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik Humanis juga berpegang kepada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif: emosi, sikap, perasaan, minat, nilai, dan lain-lain.
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan peranan peserta didik. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Menurut Mc Neil "The new humanists are self actualizers who see curriculum as a liberating process that can meet the need for growth and personal integrity (John D.Mc Neil, 1977, h. 1). Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Pendidikan lebih menekankan pada bagaimana membelajarkan peserta didik (mendorong peserta didik), bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pembelajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan Humanistik yaitu pendidikan: Konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mistikisme modern.
Pendidikan Konfluenmenekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan maupun tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.
Kritikisme Radikalbersumber dari aliran Naturalisme atau Romantisme Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan merupakan upaya untuk menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik berkembang optimal. Pendidik ibarat petani yang berusaha memilih tanah yang gembur, mengusahakan air dan udara yang cukup, terhindar dari berbagai hama, untuk tumbuhnya tanaman yang penuh dengan berbagai potensi. Dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada adalah dorongan dan rangsangan untuk berkembang.
Mistikisme modernadalah aliran-aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui latihan sensitivitas (sensitivity training), yoga, meditasi, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank yaws