Selasa, 12 April 2011

tiga komponen penting pada komputer

Tiga Komponen Utama pada Komputer Yaitu :
1. Pemroses
2. Memori Utama
3. Perangkat Masukan dan Keluaran ( I/O )
Pemroses berfungsi mengendalikan operasi koputer dan melakukan fungsi pemrosesan data



Memori utama berfungsi menyimpan data dan program.
Memori utama biasanya volatile, tidak dapat mempertahankan data dan program yang disimpan bila sumber daya energi (listrik) dihentikan.
Register – register berfungsi untuk membantu operasi yang dilakukan oleh pemroses.
2. Pemroses terdiri dari :
1. ALU (Aritmatic logic unit) untuk komputasi..dan berfungsi untuk melakukan opersi aritmatika dan logika.
2. CU (Control Unit) untuk mengendalikan..dan berfungsi untuk menegndalikan oprasi yang dilaksanakan sistem komputer.
3. Register – register berfungsi sebagai operan –operan dari operasi yang dilakukan.
3. Empat defenisi sistem operasi
1. Sistem operasi yaitu suatu sistem yang mengelola seluruh sumber daya yang terdapat pada sistem komputer.
2. Sistem operasi yaitu Suatu sistem yang menyediakan sekumpulan layanan (disebut system calls) ke pemakai sehingga memudah kan dan menyamankan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya sistem komputer
3. Sistem operasi yaitu suatu sistem yang berfungsi untuk memindahkan,menyimpan, dan memproses data, serta untuk mengendalikan fungsi – fungsi tersebut.
4. Sistem operasi adalah suatu sistem yang menyediakan tempat/layanan untuk program / aplikasi diatasnya.
4.

Boot Sector
Boot Sector pada suatu disk adalah selalu sektor pertama pada track pertama dari head pertama suatu disk. Ketika komputer dinyalakan (tombol ON) atau direset, BIOS akan mulai berjalan dan melakukan POST (Power On Self Test, test yang dilakukan komputer kepada dirinya sendiri sesaat setelah listrik masuk). BIOS kemudian menginisialisasi data-datanya, kemudian mencari boot sector yang valid. Pertama ia akan mencari di drive A:, kemudian di C:. Jika tidak diketemukannya maka interrupt 18H akan terpanggil, dimana pada komputer PC IBM orisinal, akan menjalankan ROM BASIC. Sebuah boot sector yang valid adalah boot sector yang memiliki nilai “0AA55h” pada offset 510
Ketika BIOS menemukan boot sector yang valid, ia akan membaca sektor tersebut (sebesar 512 Byte) dari disk dan kemudian menuliskannya di memory pada alamat ”0×7C00” kemudian ia akan jump ke alamat ”0×7C00” tersebut dan kode boot sector ini akan menjalankan kontrol komputer selanjutnya.
Mekanisme Pemuatan Kernel oleh LILO
Setiap program yang akan dijalankan oleh komputer harus terlebih dahulu diload atau dipanggil serta dimuat dimemory oleh processor. Linux, sebagaimana sebagian besar sistem operasi, memiliki kernel, yaitu bagian inti dari sistem operasi. Kernel mengatur semua proses penting di dalam sistem operasi. Tanggung-jawab pertama LILO agar Linux dapat berjalan diatas komputer, tentu saja memerintahkan processor untuk memuat kernel Linux ke memori utama.
LILO merupakan singkatan dari Linux Loader, yaitu sebuah program yang pekerjaannya hanya memuat/me-load Linux. Untuk memudahkan kita membaca source-code-nya, kita perlu memahami urutan pekerjaan yang dilakukannya. Di bawah ini adalah urutan pekerjaan secara global yang dilakukan oleh LILO.
1. Bila PC direset, BIOS firmware(software yang diembedkan ke dalam hardware) akan tereksekusi.
2. BIOS melakukan setting awal (inisialisasi)
3. BIOS membaca primary-boot-loader dari sektor pertama di hardisk, kemudian meletakannya (menuliskannya) di memory dengan alamat ”0×7C00”. Namun Multi Boot Loader seperti System Commander, membaca primary-boot-loader di sektor pertama dari partisi Linux.
4. Boot Loader tersebut adalah merupakan salah satu bagian dari LILO, berukuran 512 Byte, yang langsung di-copy ke memory “0×9A000”. Kemudian program akan menjalankan kode di memory “0×9A000” tersebut, dan menset ujung kepala stack menjadi “0×9B000”.
5. Menampilkan “L”
6. Kemudian Secondary Loader sebesar 8 sektor di tulis ke “0×9B000”
7. Bilamana terjadi kegagalan pembacaan maka menampilkan 2 digit kode error dan mencoba kembali proses pembacaan tersebut.
8. Jika berhasil, menampilkan “I”
9. Jump ke Secondary Boot Loader di “0×9B000”.
10. Jika parameter booting diberikan oleh pengguna, maka dilakukan setting port serial dan menuliskan “LI” di port serial tersebut.
11. Secondary Boot Loader memeriksa ujung kepala data, dan bila diketemukan error menampilkan secara terus menerus “?”.
12. Menampilkan “L”
13. Membaca descriptor-table dengan ukuran 2 sektor dari file /boot/map, dan menuliskannya di “0×9D200”. Berikutnya adalah menghitung checksum, dan jika error menampilkan “-” dan berhenti.
14. Membaca tabel konversi keyboard sebesar 1 sektor, dan menuliskannya di “0×9D800”
15. Membaca perintah-perintah command-line default sebesar 1 sektor, dan menuliskannya di “0×9D600”
16. Bila default command-line dalam keadaan enable, maka magic-number dari blok ini yang berukuran 2 Byte, diubah menjadi Membaca tabel konversi keyboard sebesar 1 sektor, dan menuliskannya di “0×6B6D”, dan meng-overwrite sektor asalnya.
17. Menampilkan “0”
18. Jika prompt diset maka akan masuk ke dalam mode interaktif.
19. Ganti baris, dan menampilkan “boot:”
20. Menunggu keyboard ditekan. Bila tidak ada input, tunggu timeout.
21. Boot image untuk startup dipilih. Secara default yang akan dipilih adalah image pertama di dalam lilo.conf.
22. “Loading ” ditampilkan.
23. Bila ukuran file dari RAM disk telah ditentukan maka tabel MAP untuk file ini akan dibaca.
24. Sesuai dengan tabel MAP yang terpilih di atas, maka dibacalah file RAM disk (initrd) dan ditulis pada extended memory (alamat setelah ”0×100000”)
25. Selanjutnya, tabel MAP dari kernel dibaca
26. Sesuai dengan tabel MAP dari kernel tersebut, maka pertama-tama boot sector dari kernel yang asli dan ditulis di alamat ”0×90000”
27. Selanjutnya program setup dari kernel ditulis di alamat “0×90200”
28. Kemudian badan kernel (vmlinuz) ditulis di alamat “0×10000”. Namun dengan catatan bahwa bila kernel dikompilasi supaya ditulis di alamat upper maka badan kernel tersebut akan ditulis pada alamat setelah “0×100000”
29. Akhirnya dengan jump ke alamat “0×90200” maka kontrol berpindah kepada program setup.

5.

1. Computer User yaitu komputer yang digunakan oleh satu user,tanpa ada suatu koneksi ke komputer lain.
2. Application Program
Perangkat lunak yang ditujukanuntuk suatu aplikasi khusus, seperti program untuk pengolah gambar, pengelolaan database, termasuk juga software yang dijalankan untuk proses real-time, software untuk keperluan bisnis, perhitungan ilmiah dan teknik,embedded software, software untuk digunakan pada komputer pribadi,dan program kecerdasan buatan.
3.
4. Compiler
Adalah program sistem yang digunakan sebagai alat bantu dalam pemrogaman.Perangkat lunak yang melakukan proses penterjemahan code (dibuat programer) ke dalam bahasa mesin . Hasil dari terjemahan ini adalah bahasa mesin. Pada beberapa compiler outputberupa bahasa mesin dilaksanakan dengan proses assembler yang berbeda.
5. Computer Library
Merupakan kumpulan dari subrutin,fungsi,prosedur, atau modul, yang disimpan pada satu atau beberapa file, biasanya digunakan untuk proses kompilasi pada pemrograman
6. Shell
Program yang menerima masukan berupa perintah ke sistem, dan menterjemahkan menjadi aktivitas sistem komputer.
7. System Call
System call adalah tata cara pemanggilan di program aplikasi untuk memperoleh layanan yang disediakan oleh sistem operasi.System call berupa rutin sistem operasi untuk keperluan tertentu yang spesifik. Bentuk System call beragam, terbanyak berupa rutin prosedur atau fungsi.
8. Operation System Kernel
iProgram inti, berisi semua layanan yang disediakan sistem operasi untuk pemakai. Berisi beberapa komponen paling mendasar sistem operasi.Kernel mengelola penjadwalan dan context switching, exception handling dan interrupt handling serta sinkronisasi multiprocessor.
9. Computer Hardware
Perangkat keras, merupakan salah satu element dari sistem komputer, suatu alat yang bisa dilihat dan diraba oleh manusia secara langsung, yang mendukung proses komputerisasi.

Pemakaian OS Linux Untuk Warnet
Pasca badai sweeping warnet ditanah air pada awal tahun 2005 (maret 2005) dalam rangka Penegakan UU HAKI oleh Pemerintah dan Aparat, maka para pemilik warnet merespon dengan mengadakan pengkajian internal menyikapi suasana ini, apakah tetap menggunakan System Operasi Bajakan seperti kebanyakan kita di Indonesia sekarang ini, atau membeli Lisensi System Operasi Komersial, ataukah menggunakan System Operasi Terbuka (OpenSource) Linux.
Pemakaian OS Linux pada Warnet Pilihan pertama jelas akan melawan hukum karena melanggar UU Haki walaupun disekitar kita masih banyak yang menggunakannya. Pilihan kedua membawa sebuah konsekuensi investasi besar besaran untuk membeli lisensi Software System Operasi (OS), namun akan memudahkan pelanggan warnet karena tidak ada perubahan sama sekali dalam hal penyediaan fasilitas Warnet. Pilihan ketiga memang tidak ada cost biaya investasi lagi kecuali kemampuan SDM dalam belajar dan mengadopsi System Operasi yang ‘baru’ bagi pemakai Teknologi Komputer awam (baca : ngoprex), sehingga OS Linux bisa digunakan dengan nyaman oleh para pelanggan warnet.
Awari selaku Asosiasi Warnet yang merupakan komunitas mailinglist induk organisasi dari warnet – warnet se-Indonesia sendiri memberikan instruksi “Be Legal” dengan pemberian 2 pilihan bagi anggotanya, yaitu membeli Lisensi Software Komersial atau Migrasi ke OpenSource.
Pemerintah melakui Depkominfo yang mempunyai program/project IGOS (Indonesia Goes Open Source) juga melakukan dukungan bagi komunitas warnet yang tidak mampu membeli Lisensi OS Komersial dengan mengeluarkan CD Waroeng IGOS.
Pembelian Lisensi Software Komersial jelas merupakan beban berat tersendiri bagi UKM macam warnet. Warnet harus mengeluarkan biaya baru sebesar hampir sama dengan harga sebuah komputer, belum lagi pengurusan Lisensi yang lumayan berbelit-belit karena disamping pembelian Lisensi legal warnet harus mengurus “Surat Perjanjian Menyewakan Software”, masa berlaku lisensi-pun mengikuti komputer dengan artian apabila komputer tersebut mati maka Lisensi itu turut ‘mati’. Sedangkan keuntungan pembelian Lisensi Software bagi warnet adalah tidak adanya perubahan yang berarti bagi pelayanan kepada pelanggan, karena antara software bajakan dan lisensi resmi hampir tidak ada bedanya bagi sisi pelanggan, sehingga warnet tidak perlu takut akan kehilangan pelanggan dan omset yang turun
Pemakaian Software OpenSource (Lisensi Terbuka) jelas merupakan ‘barang baru’ bagi kebanyakan masyarakan awam di Indonesia (baca=pelanggan warnet), sehingga akan membawa resiko ditinggal pelanggan dan turunnya omset, belum lagi apabila tidak ditunjang dengan kemampuan SDM yang dipunyai warnet dalam memanage perubahan ini. Jelas ini merupakan resiko besar bagi sebuah bisnis. Dari segi investasi biaya pemakaian Software OpenSource jelas sangat minim bahkan boleh dibilang nol rupiah. Pemakaian Software OpenSource juga membolehkan bagi penggunanya untuk melakukan modifikasi, perubahan, pendistribusian ulang secara bebas, sehingga akan memacu kreatifitas bagi pemakainya.
Kedua pilihan diatas memang membawa resikonya masing masing bagi UKM seperti Warnet, sehingga dibutuhkan sebuah pengkajian yang tepat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan warnet itu sendiri.
Warnet yang memilih Migrasi ke OpenSource akan mempunyai pertimbangan :
1.Biaya Investasi yang relatif minim.
2.Adanya kemampuan dan kemauan SDM untuk melakukan migrasi.
3.Hasil pengkajian bahwa Linux Desktop sebenarnya mudah.
4.Adanya penyesuaian bentuk tampilan dan isi dari OS Linux yang dipilih agar mudah digunakan oleh pelanggan yang sudah terbiasa dengan OS Windows.
5.Kebutuhan software pendukung yang sudah ada di System Operasi Linux dan semuanya OpenSource.
6.Dukungan driver hardware yang sudah lengkap pada System Operasi Linux.
7.Optimisme bahwa kemudahan penggunaan System Operasi adalah karena faktor kebiasaan.
8.Meningkatkan pelayanan bagi pelanggan.
9.Melakukan Training penggunaan Linux sebagai System Operasi di Warnet.
1. Biaya investasi yang relatif murah
Pemakaian OpenSource Software memang tidak membutuhkan biaya tambahan lagi, sehingga tidak ada Re-Investasi untuk pengadaan / pembelian software, baik itu untuk Operating System, maupun aplikasi pendukungnya.
2. Adanya kemamuan dan kemauan SDM untuk melakukan migrasi.
Dalam melakukan migrasi tidak cukup hanya didukung dengan kemampuan teknis saja, melainkan kemauan yang kuat dari personal SDM warnet sampai para pemiliknya dalam inovasi migrasi ke OpenSource ini, sehingga 2 kekuatan tersebut bisa tersinergis dengan baik.
Persiapan team Teknis dalam meramu Linux Desktop, Pelayanan Customer Service yang ramah dan siap melakukan edukasi, Startegi pemasaran dan sosialisasi dari kebijakan Managerial.
3. Linux Desktop sebenarnya mudah
Perkembangan Linux sebagai OS OpenSource dari hari ke hari semakin baik, sehingga sekarang ini sebenarnya Linux Desktop sudah sangat mudah dan nyaman digunakan, bahkan dari segi tampilanpun bisa dibilang lebih bagus dari OS pendahulunya.
4. Adanya penyesuaian bentuk tampilan dan isi dari OS Linux agar mudah digunakan oleh pelanggan yang sudah terbiasa menggunakan OS Windows.
Poin ini menjadi sangat penting dalam proses awal adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Kebiasaan menggunakan OS Windows tentu harus dijadikan pertimbangan penting. OS Linux yang hendak ‘dijual’ sedapat mungkin tidak jauh berbeda dengan OS Windows, baik dari segi tampilannya maupun aplikasi-aplikasi alternatif yang digunakan ketika menggunakan OS Windows, sehingga pengguna tidak merasa kehilangan fasilitas dan kenyamanan dalam menggunakan jasa warnet.
5. Kebutuhan software pendukung yang sudah ada di System Operasi Linux dan semuanya OpenSource.
Sebagai penjual jasa, warnet harus menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh pelanggan, temasuk aplikasi aplikasi yang dibutuhkan dalam menggunakan layanan internet, dan Linux telah mendukung kebutuhan itu semua, mulai dari browser, irc chat, voice chat, aplikaso pengetikan dll
6. Dukungan driver hardware yang sudah lengkap pada System Operasi Linux.
Sama seperti halnya pemakaian software, dukungan hardware juga harus diperhatikan oleh sebuah warnet, misalnya disk drive, usbport untuk flashdisk, bahkan sampai teknologi hardware wifi, linux sudah mendukung.
7. Optimisme bahwa kemudahan penggunaan System Operasi adalah karena faktor kebiasaan.
Optimisme sangat diperlukan dalam sebuah bisnis termasuk optimisme bahwa inovasi ini akan berhasil. Perubahan sebuah kebiasaan tentulah membutuhkan waktu dan usaha yang keras, sehingga sikap optimis wajib dipunyai oleh para pemilik warnet sebagai modal awal dalam proses perubahan kebiasaan ini. Kita teringat diera masih menggunakan DOS dan WS sebagai aplikasi menulis, ketika Windows muncul tidak serta merta pengguna WS mau beralih ke Windows dengan Ms Wordnya, butuh waktu dan usaha untuk membiasakannya, dan ini juga harus diyakini bahwa linux juga akan menjadi kebiasaan jika kita terus menerus mengenalkannya.
8. Meningkatkan pelayanan bagi pelanggan.
Tentu ini juga merupakan kunci sukses agar pelanggan warnet tetap memilih warnet kita dengan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan seperti melakukan edukasi bagi yang masih kesulitan.
9. Melakukan Training penggunaan Linux sebagai System Operasi di Warnet.
Memberikan training training adalah salah satu bentuk sosialisasi dan bentuk pemberian pelayanan bagi pelanggan warnet, sehingga pelanggan menjadi lebih terbiasa dan merasa mudah dalam menggunakan OS Linux di warnet. Dan Training ini bisa menjadi bisnis baru bagi sebuah warnet.
Dengan langkah dan pertimbangan diatas maka sebuah warnet bisa secara optimis melakukan inovasi perubahan untuk migrasi ke OS Linux yang Legal dari OS Bajakan, tanpa takut pada menurunnya Omset.
Go Indonesia with Open Source……… Indonesia Goes to Open Source !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank yaws