PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan. Kurikulum dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu: sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana.
Ada 4 model kurikulum yang berkembang hingga saat ini, yaitu:
1. Model kurikulum Sobjek akademik
2. Model kurikulum Humanistik
3. Model kurikulum rekonstruksi sosial
4. Model kurikulum Kompetensi
Penjelasan dari keempat model diatas adalah sebagai berikut:
1. Model kurikulum Subjek Akademik.
Merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut.
2. Model Kurikulum Humanistik
Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dn pembelajarannya ber pusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam pendidikan pribadi.
Model kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized Education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseou (romantic education), konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi-potensi, punya kemampuan dan kkuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik Humanis juga berpegang kepada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab.
3. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki desai kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari kurikulum ini adalah:
a. Asumsi
Tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
c. Pola-pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dabentuk-bentuknya berbeda, diantaranya sbagai berikut:
a. Tujuan dan Isi kurikulum
Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
b. Metode
Dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
c. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi ara peserta didik juga dipartisipasikan, partisipasi mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
4. Model Kurikulum Kompetensi
Kompetensi dpat didefinisikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004). Sedangkan menurut Spencer dan Spencer (1993:9) kompetensi merupakan kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjatau keadaan.
Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi sederhana sepert penggunaan apan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a. tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b. metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual, tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil
c. Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
d. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah; sebagai umpan balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum
The Humanistic Curriculum
The Humanistic curriculum memiliki indikator menempatkan
pembelajar sebagai subject dalam pendidikan, dalam hal ini pendidikan yang
bebas (liberating education) mendapatkan posisi yang sepantasnya. Esensi
dari kurikulum ini adalah mempertemukan antara affectife domain
(emotions, attitude, values) dengan cognitive domain (intelectual knowladge
and abilities). Kedua aspek domain ini dapat ditemukan dalam karakter
aktifitas pembelajaran sebagai berikut:
1.Partisispasi : power sharing, negotiations dan tanggungjawab bersama
2.Integrasi
: interaksi, interpretasi dan integrasi pemikiran, perasaan
dan tindakan
3.Relevan
: pembelajaran yang memiliki hubungan dengan
kebutuhan dasar dalam kehidupan siswa baik secara emosional
maupun intelectual
4.Mandiri
: diri sendiri merupakan obyek dari pembelajaran
5.Tujuan
: memiliki tujuan sosial untuk mengembangkan diri
sebagai manusia dalam kehidupan sosial
Pendekatan Humanistik
Ahli Psikologi dalam pendekatan ini adalah seperti Abraham Maslow,
Rollo May, Carls Rogers dan Gordon Allport. Teori pendekatan humanistik
memberi tumpuan kepada apa yang berlaku dalam diri seorang individu
seperti perasaan atau emosinya. Teori ini menyatakan bahwa individu
terdorong bertindak melakukan sesuatu kerana mempunyai satu kemauan
atau keperluan dan bertanggung jawab atas segala tindakkannya. Menurut
pendekatan ini, motivasi seseorang individu adalah kecenderungannya untuk
berkembang dan mencapai keperluan untuk mengembangkan potensinya ke
tahap maksimum.
Abraham Maslow (1970) mengemukakan Teori Hierarki Keperluan
Maslow dengan praduga bahwa manusia tidak pernah puas dengan apa
yang telah dicapai. Menurut Maslow keinginan manusia terdiri dari lima
hirarki kepentingan, antara lain: kebutuhan fisiologi, keselamatan,
penghargaan dan kasih sayang, penghormatan dan keperluan sempurna.
Sedangkan Rogers (1956) mengatakan bahawa manusia sentiasa berusaha
memahami diri sendiri, mempengaruhi dan mengawal perlakuan dirinya dan
orang lain. Rogers berpendapat bahwa manusia lahir dengan kecenderungan
untuk kesempurnaan yang akan memandunya menjadi manusia yang
matang.
Teori Belajar Humanistik
Tujuan utama dari humanisme adalah perkembangan dari aktualisasi
diri manusia secara otonom. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang
berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah
sebagai seorang fasilitator. Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya,
sedangkan tujuannya adalah membangun manusia yang dapat
mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif.
Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik,
memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya.
Karena itu, setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan
untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri secara maksimal.
Menurut Carl Rogers, teori belajar humanis :
a) Setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan
behaviorisme.
b) Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan
kecenderungan
aktualisasi.
c) Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri
terdiri
dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
d) Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri,
(3)
penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard).
Penerapan Teori Humanis Dalam Kurikulum Pendidikan
Menurut Gage dan Berline beberapa prinsip dasar dari pendekatan
humanistik yang dapat kita pakai untuk mengembangkan kurikulum
pendidikan adalah :
1. Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu
ketahui . Saat mereka telah mengembangkan kemampuan untuk
menganalisa apa dan mengapa sesuatu penting untuk mereka sesuai
dengan kemampuan untuk mengarahkan perilaku untuk mencapai yang
dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan belajar dengan lebih mudah dan
lebih cepat. Sebagian besar pengajar dan ahli teori belajar akan setuju
dengan pernyataan ini, meskupun mereka mungkin akan tidak setuju
tentang apa tepatnya yang menjadi motivasi murid.
2. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada
membutuhkan banyak pengetahuan. Dalam kelompok sosial, dewasa ini di
mana pengetahuan berganti dengan sangat cepat , pandangan ini banyak
dibagi di antara kalangan pengajar, terutama mereka yang datang dari sudut
pandang kognitif
3. Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk
pekerjaan murid. Penekanan di sini adalah pada perkembangan internal dan
regulasi diri. Sementara banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal
yang penting, mereka juga akan mengusung sebuah kebutuhan untuk
mengembangkan kemampuan murid untuk berhadapan dengan kemauan
eksternal.
4. Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan . Banyak tugas
dari pandangan humanistik seakan memvalidasi poin ini dan dalam satu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank yaws