PAPER
EVALUASI HASIL BELAJAR
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar
Di Susun Oleh
Nur Aeni 1102410024
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
EVALUASI HASIL BELAJAR
1. Konsep tentang pengukuran
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
2. Konsep tentang penilaian
Pengertian penilaian ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules”
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian pada hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
3. Konsep tentang assessment
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of collengting data which shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakn hal penting yang dinilai dalam asesmen, factor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar, asesmen tradisional dan asesmen alternative. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong kedalam asesmen alternative (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakn bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep yang telah dicapai , akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
4. Konsep tentang evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran.
5. Konsep tentang test
Tes itu sendiri berasal dari bahasa Latin “testum” yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya. Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya (Sumadi Suryabrata, 1984 : 22).
Dari kedua pengertian di atas dapat diambil pengertian, tes adalah alat pengukur berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
6. Permasalahan evaluasi ditinjau dari guru
Pembuatan alat evaluasi membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu perlu pemahaman yang mendalam sebelum melakukan evaluasi.
7. Permasalahan evaluasi ditinjau dari siswa
Membutuhkan waktu yang lama pada saat proses evaluasi sehingga mengganggu proses pembelajaran.
8. Permasalahan evaluasi ditinjau dari orang tua
Mendapatkan keluhan anak ketika saat evaluasi anak tidak mampu memahami penggunaan alat ukur.
9. Permasalahan evaluasi ditinjau dari lembaga
Belum adanya tenaga professional yang benar-benar memahami tentang evaluasi.
10. Permasalahan evaluasi dari pendapat anda
Ketika evaluasi berupa test terkadang anak masih tidak obyektif dalam menjawabnya.
11. Kesimpulan
Banyak permasalahan yang ada dalam proses evaluasi sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan kerjasama berbagai pihak.
12. Fungsi evaluasi
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan fungsi-fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
Remedial
Umpan balik
Memotivasi dan membimbing anak
Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
Pengembangan ilmu
Kegiatan evaluasi ini adalah melakukan pengukuran untuk menentukan penilaian tentang tiga fungsi yang harus dipenuhi, yaitu :
1) Menilai efektivitas proses pembelajaran : sampai dimana kemampuan siswa/peserta didik mengerti yang harus dimengerti.
2) Menilai efektivitas prosedur pembelajaran : samapai dimana pengajar berhasil mencapai tujuannya.
3) Menilai kemampuan siswa sesuai standart yang harus dicapai.
13. Prinsip-prinsip evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. patokan : Kurikulum/silabi.
Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
14. Syarat alat ukur yang baik
Penilaian kegiatan belajar – mengajar dengan program pendidikan akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara teliti apabila alat ukur yang dipakai memenuhi kriteria atau syarat-syarat alat ukur yang baik dan benar; diadministrasikan secara baik dan diolah secara objektif menurut kriteria yang tepat. Alat ukur yang baik hendaklah memenuhi beberapa syarat-syarat, antara lain :
Valid
Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur itu betul-betul mengukur apa yang ingin diukur.
Reliabel
Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau stabilitas hasil tes/suatu ukuran yang dilakukan.
Objektif
Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif penskor atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia.
Praktis (Mudah dan murah)
Suatu alat ukur dikatakan praktis apabila biaya alat ukur itu murah. Disamping itu, alat tersebut mudah diadministrasikan, mudah diskor, dan mudah diinterprestasikan.
Norma
Dalam hal ini norma diartikan sebagai patokan kriteria atau ukuran yang digunakan untuk menentukan dalam pengambilan keputusan.
15. Macam-macam alat evaluasi
Alat evaluasi ini dikenal dengan instrument evalausi. Penggunaan alat evaluasi ini adalah un tuk mendapppatkan hasil yang lebih baik sesuai kenyataan yang di evaluasi. Ada dua jenis alat evaluasi dalam pembelajaran yaitu :
1. Tes : adalah penilaian komprenhensive terhadap seseorang individu atau usaha keseluruhan usaha evaluasi program. Ada dua jenis alat yang digunakan dalam program pembelajaran :
Tes baku (standard) artinya tes tersebut telah melalui validasi dan reliabilitas untuk suatu tujuan tertentu.
Tes buatan guru umumnya belum distadirisasi tetapi harus telah dipertimbangkan factor validasi dan reliabilitasnya.
2. Non tes : untuk menilai aspek-aspek tingkah laku seperi sikap, minat, perhatian,
karakteristik dan lain-lain yang sejenis.
Mengidentifikasi siapa diantara kelompok siswa yang leaders dan siapa yang
isolates dengan sosiometri
Mengidentifikasi minat siswa membaca atau kegiatan pendidikan menggunakan interest inventory
Mengetahui atau mengenal sikap-sikap sikap individu terhadap kelompoknya
menggunakan skala sikap (attitude scale) .
Dalam menggunakan alat evaluasi dikenal dengan teknik evaluasi. Teknik-teknik ini adalah :
1. Teknik Tes :
Tes tulisan : obyektif tes :
a. Benar/salah
b. Pilihan berganda
c. Menjodohkan
d. Melengkapi
Lisan :
a. satu penguji menilain satu calon
b. Satu penguji menilai sekelompok
c. Kelompok penguji menilai satu calon
d. kelompok penguji menilai sekelompok calon
Tindakan :
a. Perorangan
b. kelompok
2. Teknik Non tes : untuk menilai aspek-aspek tingkah laku seperti sikap minat, perhatian, dan karakteristik lain yang sejenis. Jenis non tes ini adalah :
Observasi : pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi tertentu melalui observasi langsung dan tidak langsung.
Wawancara : Berkomunkasi langsung antara yang menginterview dengan yang di Interview.
Studi Kasus : mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya.
Rating Scale : (skala penilaian) : salah satu alat penilaian yang menggunakan skala yang telah didsusun dari ujung yang negative sampai yang ujung positif.
check list hampir menyerupai rating scale hanya pada check list tidak disusun kriterium dari yang positif ke negative cukup kemungkinan kemungkinan jawaban yang akan kita minta dari yang dinilai
Inventori : memilih alternative jawabab diantara setuju, kurang setuju, atau tidak setuju
Dengan mengetahui pengertian alat evaluasi tes dan dan non tes hasil-hasil tes dalam evaluasi ini pada prinsipnya digunakan untuk :
1. Menentukan status masing-masing siswa dalam berbagai tujuan kurikulum.
2. Mengidentifikasi siswa-siswa yang pandai, sedang, dan lambat belajar.
3. Mengelompokkan siswa di dalam kelas untuk tujuan pembelajaran.
4.Membuat analisis diagnose tentang kesulitan siswa dan menilai pertumbuhan.
5. Menentukan status individu murid atau kelas pada permulaan atau akhir tahun ajaran atau kuartal.
Bentuk Penilaian
1. Tes Formatif
Tes ini digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan pembelajaran, bukan untuk keperluan membuat grade (tingkatan) siswa. Penilaian mengunakan kriteria Acuan Patokan. Mengukur tujuan instruksional khusus (Pembelajaran)/sasaran belajar
Pre-test Post-test
2. Tes Sumatif
Diberikan pada saat satu satuan pengalaman belajar telah selesai (satu mata pelajaran).
Menentukan angka berdasarkan grade tingkatan hasil belajar siswa selanjutnya. di angka raport (EBTA, Ulangan umum, Ujian Akhir Semester).
Penilaian menggunakan criteria Acuan Normatif.
Mengukur tujuan instruksional umum.
Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3
3. Tes Penempatan
Mengetahui keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar.
Mengetahui sampai dimana siswa telah mencapai tujuan seperti di programkan dalam satu satuan pembelajaran sebelum mereka memulai kegiatan untuk program pembelajaran.
4. Tes Diagnostik
Mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, pelaksanaan berdasarkan hasil test formatif sebelumnya.
Test prestasi belajar yang sudah distarisasikan.
Test buatan guru.
Pengamatan dan daftar checklist
Memilih tujuan program pembelajaran
Untuk memilih tingkah laku mental fisik, mental dan perasaan lainnya.
Untuk memperkirakan bidang-bidang yang menjadi kesulitan bagi siswa.
Dicatat hanya sebagai profil siswa.
16. Konsep PAN dan PAP
Penilaian dalam evaluasi pembelajaran ada dua pendekatan antara lain :
1. Penilaian Acuan Normatif (PAN) ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknyav(pendekatan apa adanya).
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang membandikan hasil belajar siswa terhadap patokan yang telah ditetapkan sebelumnya (batas lulus atau tingkat penguasaan minimum). PAP ini bersifat tetap untuk kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran yang sama.
Referensi:
Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York:Maccmillan Company.
Harlen, W. (1983). Guides to assessment in Edication Science. London:Maccmillan Education.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment andPortofolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan:Shizouka University.
Marzano, R.J. et al. (1994). Assessing Student Outcomes: Perfomance Asessment Using the Dimension of Learning Model. Alexandria:Association for Supervison and Curriculum Development.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need it Know. Oxford:Pergamon Press
Resnick, D.P. & Resnick, L.B. (1985). “Standars, Curiiculum, and Performance:A Historical and Comparative Perspektive” Educational Researcher 9, 5-19.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York:Macmillan Colege Publishing Company
Wiggins, G. (1984). “A True Test:Toward More Authentic and Equitable Assessment” Phi Delta Kappan 70, (9) 703-713
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya Jakarta
http://santriw4n.wordpress.com
http://aderusliana.wordpress.com/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar
goon mbak kapan-kapan tak mampir lagi
BalasHapus