Kamis, 13 Oktober 2011

makalah bahasa indonesia yang baik

MAKALAH

BAHASA INDONESIA YANG BAIK



Nama Anggota Kelompok 5 :
1. Slamet Prasetyo (4201410017)
2. Muhammad Danu Adi Wibowo (4201410022)
3. Novanto Eka Wahyu (4201410023)
4. Doni Setiawan (4201410050)
5. Windy Setyorini (4201410054)




FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, tanpa halangan apapun. Penulis menyusun makalah ini dengan judul makalah “Bahasa Indonesia yang Baik” sebagai pemenuhan tugas bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Suparyanto sebagai Dosen Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah bersedia meluangkan waktu serta menyumbangkan pikiran dalam penyusunan makalah ini.
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.




Semarang, 27 September 2011
Penulis

DAFTAR ISI


Halaman judul.............................................................................................................1
Prakata........................................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................3
Bab I. Pendahuluan.....................................................................................................4
1.1. Latar belakang..........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3. Tujuan.......................................................................................................5
Bab II. Pembahasan....................................................................................................6
2.1. Pengertian bahasa Indonesia yang baik...................................................6
2.2. Cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik........................................7
2.3. Manfaat bahasa Indonesia yang baik......................................................10
Bab III. Penutup
3.1. Simpulan..................................................................................................12
3.2. Saran........................................................................................................12
Daftar Pustaka............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin secara komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar.
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
Selain itu, masalah lain yang perlu kita soroti adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk melakukan komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena mereka tidak bisa berbahasa indonesia yang baku dengan lancar. Bahasa Indonesia yang baku dan bahasa indonesia yang benar belum tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud dan tujuan kepada lawan bicara. Sehingga dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang fleksibel dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, yaitu bahasa Indonesia yang baik.
Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan masyarakat masih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan bahasa Indonesia yang baik, di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara berbahasa Indonesia yang baik dan manfaat penggunaan bahasa Indonesia yang baik.







1.2. RUMUSAN MASALAH

Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial. Bahasa Indonesia yang baik bukan berarti bahasa Indonesia yang baku, namun merupakan suatu susunan bahasa yang dikemas secara fleksibel untuk mempermudah berkomunikasi.Untuk itu kita perlu mengetahui dan menguasai bahasa Indonesia yang baik, dengan mempelajari :
1. Apa yang dimaksud bahasa Indonesia yang baik?
2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik?
3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia yang baik?

1.3. TUJUAN
1. Mendeskripsikan bahasa Indonesia yang baik.
2. Menjelaskan cara-cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
3. Menjelaskan manfaat penggunaan bahasa Indonesia yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik.
Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 19).
Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).
Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan apa kita berbahasa.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.
Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

2.2. Cara Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik
Agar dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Isi atau makna, yaitu yang berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang disampaikan.
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana, tempat, atau waktu bahasa.
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang bekenaan dengan usia, kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kedudukan.
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio, televisi, percakapan bersemiuka, atau karangam.
5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum rapat,televisi, radio dan surat.
Dalam berbahasa Indonesia yang baik, kita perlu memperhatikan Ragam Bahasa.Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.

Penggunaan bahasa dalam kedua situasi itu dengan sendirinya pastilah berbeda. Menurut Badudu (1991:85) cara untuk mengetahui ragam bahasa apa yang digunakan seseorang, kita dapat mengena¬linya dari segi (1) pilihan kata/diski/leksis, (2) fonologi, (3) morfologi, (4) sintaksis, dan (5) intona¬si. Sedangkan Nababan (1984:22) menjelaskan bahwa setiap bahasa mempunyai banyak ragam, yang dipakai dalam kea¬daan atau keperluan/tujuan yang berbeda-beda. Ragam- ragam itu menunjukkan perbedaan struktural dalam unsur- unsurnya. Perbedaan struktural itu berbentuk ucapan, intonasi, morfologi, identitas kata-kata, dan sintaksis. Contoh, dalam situasi berwisata, guru bertindak sebagai pemandu dan murid sebagai wisatawan, boleh dikatakan resmi dan tidak resmi/santai.Dikatakan resmi karena kegiatan itu dilakukan dalam suasana dan kegiatan pembelajaran. Dikatakan tidak resmi, karena suasana¬nya suasana berwisata, saat orang bersantai.
a. Contohnya adalah ragam bahasa pramuwisata yang diwarnai dengan dominasi ragam bahasa santai yang sangat tinggi. Hal ini dapat dipahami mengingat, pertama, suasana berwisata merupakan suasana orang untuk bersantai sehingga penggunaan bahasa ragam santai sangat memungkinkan terjadi; kedua, karena para pramuwisata yang terdiri dari para pemandu profesional ‘kota’ dan para mahasiswa yang sedang berpraktik tergolong mewakili remaja-masyarakat perkotaan maka dengan sendirinya pemakaian bahasa khas remaja atau masyarakat perkotaan dengan sendirinya susah mereka hindari.
b. Secara khusus dari aspek fonologi, morfologi, dan disksi ragam bahasa dapat dijelaskan bahwa secara fonologis ditemukan variasi pelafalan /ai/ menjadi /e/ seperti pada kata-kata ramai, sampai, …yang adakalanya dilafalkan [rame], [sampe], [nyampe]; variasi pelafalan kata-kata bervokal /a/ yang dilafalkan /e/ seperti pada kata-kata [bener], [denger], [macem-macem], [garem] yang seharusnya dilafalkan [benar], [dengar], [macam-macam], [garam]; variasi pelafalan fonem /u/ menjadi /o/ seperti pada kata-kata [gedung] / [gedong] , [berubah] / [berobah], [perjuangan] / [perjoangan].
c. Dari aspek morfologi ditemukan variasi pembentukan kata dengan menggunakan imbuhan -in, seperti pada kata-kata [lanjutin], [melanjutin] dengan frekuensi yang cukup tinggi.
d. Berdasarkan diksi/leksis ragam bahasa pramuwisata ditemukan variasi (1) pemakaian kata sapaan anda dan saudara yang digunakan secara simultan dalam satu tuturan; (2) penggunaan kata daripada, di mana, yang mana yang tidak tepat; (3) penggunaan ragam bahasa cakapan khas anak muda seperti nggak, pengennya, aja, doyan, diresmiin, makasih.


2.3. Manfaat Bahasa Indonesia yang Baik

1. Mempermudah dalam berkomunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.


BAB III
PENUTUP

3.1. SIMPULAN
1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai dengan situasi kondisi dengan memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya.
2. Cara menggunakan ‘Bahasa Indonesia yang Baik’ adalah dengan memperhatikan faktor ragam bahasa, dimana untuk mengetahui ragam bahasa apa yang perlu digunakan, kita dapat melihat dari beberapa segi :
a. Pilihan kata (diksi)
b. Fonologi
c. Morfologi
d. Sintaksis
e. Intonasi
3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan mempermudah untuk berintegrasi serta beradaptasi secara sosial.


3.2. SARAN
Menambah dan memperbanyak literatur atau sumber, agar informasi yang didapatkan lebih lengkap.








DAFTAR PUSTAKA

Doyin, Mukh, Wagiran. 2010. Bahasa Indonesia. Semarang : UNNES PRESS.
Ali Syahbana, S. Takdir. 1957. Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia. Djakarta: PT. Pustaka Rakyat.
Darjowidjojo, Soenjono. 1994. Butir-butir Renungan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Salatiga: Univeristas Kristen Satya wacana.

Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.

Hasan, Alwi dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
http://www.google.co.id//pengertian-bahasa-indonesia-yang-baik/
http://www.google.co.id//ragam-bahasa-indonesia/
http://www.google.co.id//fungsi-bahasa/
http://www.google.co.id//cara-menggunakan-bahasa-indonesia-yang-baik/

1 komentar:

  1. terima kasih atas info nya
    berkat ada ini...,tugasku akhirnya selesai juga

    BalasHapus

thank yaws