Jumat, 25 November 2011

sumber belajar

BAB I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar agar terjadi perilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
b. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang ada pada penulisan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Teknologi instruksional?
2. Apa Fungsi teknologi instruksional ?
3. Apa Tujuan instruksional?
4. Apa saja Hubungan fungsi pengembangan instruksional. ?
5. Bagaimana Dasar-Dasar Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional?
c. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, di dapat tujuan penulisan berupa?
1. Untuk mengetahui pengertian dari Teknologi instruksional
2. Mengetahui frungsi dari teknologi instruksional.
3. Untuk mengetahui saja tujuan instruksional.
4. Mengetahui hunbungan fungsi pengembangan instruksional.
5. Memahami dasar-dasar Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber belajar dan kawasan teknologi instruksional
a. Pengertian Teknologi instruksional
Teknologi pendidikan mempunyai arti suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar (AECT, 1971).
Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu, tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi pendidikan. Lengkapnya, teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkendali.
Situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendali di sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan instruksional, kegiatan membelajarkan sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya. Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan sebagai komponen-komponen instruksional adalah bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep teknologi instruksional seperti tersebut di atas mengandung pengertian yang luas. Di dalamnya terliput seluruh komponen yang mendukungnya, berproses menuju kepada suatu arah yang jelas sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. Dengan begitu, pengertian ini merupakan proses sistem, sistem instruksional yang secara khusus digambarkan atau dijabarkan dalam konsep pengembangan sistem instruksional. Dikatakan sistem instruksional karena seluruh komponen yang terliput di dalamnya merupakan satu kesatuan yang saling berfungsi dan berproses menuju kepada suatu tujuan.
Dalam pengertiannya yang sempit orang sering menghubungkan teknologi instruksional dengan media, bahkan teknlogi instruksional dianggap sebagai media. Media artinya perantara, saluran pembawa pesan. Dengan demikian, dalam konteks ini teknologi instruksional dianggap sebagai teknologi pembawa pesan, pesan-pesan instruksional, tentunya. Pengertian ini muncul dari hasil revolusi komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, khususnya kegiatan belajar dan mengajar selain bahan-bahan yang sudah ada seperti guru, papan tulis, dan alat-alat pengajaran tradisional lainnya. Media yang dimaksudkan di sini adalah radio, televisi, film, video kaset, transparansi, komputer dll., yang dirancang khusus untuk aplikasi kegiatan pendidikan dan instruksional. Di dalam media ini terliput juga perangkat lunak (software) dan perangkat kerasnya (hardware) yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena masing-masing tidak bisa berdiri sendiri. Contohnya, film tanpa proyektor tidak ada gunanya.
Ada media pendidikan, ada pula media instruksional. Yang pertama lebih luas pengertiannya daripada yang terakhir karena pengertian yang terakhir ini konsepnya khusus untuk kepentingan instruksional, pembelajaran, yang hanya merupakan bagian saja dari konsep pendidikan secara utuh.

b. Fungsi teknologi instruksional
Terdapat dua fungsi utama dalam teknologi instruksional di dalam prosesnya menuju pencapaian tujuan-tujuannya, yaitu fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional. Fungsi pengembangan instruksional merupakan hal yang berhubungan dengan proses dalam menganalisis masalah, termasuk merancang, melaksanakan, dan menilai usaha pemecahan masalah. Fungsi-fungsi ini meliputi riset-riset teori, desain, produksi, seleksi, evaluasi, logistik, dan pemanfaatan atau penyebaran. Sedangkan fungsi yang berkaitan dengan proses mengarahkan atau mengoordinasi (atau mengelola) salah satu atau beberapa dari fungsi tersebut di atas termasuk ke dalam fungsi manajemen instruksional. Fungsi-fungsi ini meliputi pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. Baik fungsi manajemen instruksional maupun fungsi pengembangan instruksional semuanya mengacu kepada komponen-komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, dan digunakan dalam rangka memproses pembelajaran sasaran.
Dalam dunia komunikasi, penjabaran sistem instruksional ini tampak tidak merinci seperti pada pelaksanaannya di dunia kependidikan karena pada yang pertama tidak dikhususkan pada pengembangan-pengembangan teoretis secara lebih menjenis. Berbeda dengan pelaksanaannya di dunia pendidikan yang memang secara khusus membicarakan hal-hal yang menyangkut instruksional, dan memang bidang garapan utamanya memang itu. Mahasiswa komunikasi tidak secara khusus mempelajari bagaimana cara-cara mengajar dengan baik melalui toeir-teori yang terinci, sedangkan bagi mahasiswa kependidikan, teknik mengajar justru menjadi bagian keahlian yang sangat diperlukan. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa masalah instruksional adalah khusus untuk para akademisi bidang pendidikan. Orang-orang di luar bidang itu, seperti para guru, dosen, pendidik, instruktur, dan para praktisi komunikasi bidang lain, perlu juga memahami prinsip-prinsip dalam sistem instruksional guna lebih memudahkan pencapaian tujuan-tujuan membelajarkan sasaran.
c. Perumusan Tujuan instruksional
Rumusan tujuan instruksional beranjak dari kerangka sistem yang lebih besar, yaitu tujuan nasional, baru kemudian tujuan tersebut tersebar ke dalam tujuan-tujuan pada kerangka sistem yang lebih kecil seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan instruksional. Hubungan antara tujuan-tujuan tesebut bersifat subordinasi. Artinya, tujuan instruksional harus sejalan, mengacu, dan bedasar pada tujuan kurikuler, seterusnya tujuan-tujuan kurikuler harus sesuai dengan tujuan kelembagaan (institusional), akhirnya semua tujuan yang ada harus mengacu dan mendukung tujuan pendidikan nasional dan tujuan nasional. Subordinasi artinya hubungan bertingkat, jadi semua tujuan yang lebih kecil lingkupnya harus sesuai dengan dan mendukung tujuan-tujuan yang lebih luas, yang untuk Indonesia berakhir pada tujuan nasional, atau untuk bidang pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah yang tercantum dalam rumusan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara), Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep ini telah disinggung di bagian lalu, tetapi disini ditulis lagi untuk kepentingan penjelasan.
Demikianlah pola tujuan dalam kerangka sistem secara berangkai, yang dimulai dengan suatu proses pencapaian tujuan yang sangat operasional (sangat sempit dan praktis) sampai kepada pola tujuan yang sangat luas (tujuan nasional) hingga akhirnya sampai pada pencapaian tujuan yang lebih luas lagi, misalnya tujuan dunia. Bahkan ada satu tujuan yang setiap orang akan sampai ke sana, yaitu tujuan akhirat (akhir). Yang akan disuraikan di sini bukan semua pola tujuan dalam semua kerangka sistem seperti tersebut di atas, melainkan dikhususkan pada tujuan-tujuan yang bersangkutan langsung dengan kepentingan pendidikan, khususnya kegiatan instruksional, karena tujuan-tujuan inilah yang dimaksudkan secara khusus pada konteks teknologi instruksional.
Tujuan instruksional adalah target akhir yang diharapkan bisa dicapai oleh setiap instruktur pendidikan atau para praktisi komunikasi lainnya setelah melakukan suatu proses kegiatan instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi sasaran (komunikan) meskipun sebenarnya yang akan diukur keberhasilan-keberhasilannya adalah pihak sasaran. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya dapat dijadikan patokan kegiatan untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses kerjanya mempunyai arah yang jelas. Sedangkan bagi sasaran, rumusan tujuan ini bisa dijadikan target tentang kemampuan yang dimilikinya setelah melewati proses instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk kepentingan sasaran, untuk melihat apakah sasaran telah memiliki kemampuan yang sesuai dengan pola tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.
Tujuan instruksional sebenarnya masih dibedakan antara yang umum dan yang khusus. Yang pertama rumusannya lebih luas daripada yang kedua, dan karenanya ia kurang operasional. Tujuan instruksional umum disingkat TIU, sedangkan tujuan instruksional khusus disingkat TIK. Baik TIU maupun TIK keduanya merupakan patokan harapan setiap instruktur dalam melakukan tugasnya membelajarkan sasaran. Inilah yang tempaknya akan berkembang menjadi satuan rumusan berdasarkan sasaran (tujuan) yang harus dicapai oleh setiap anggota sasaran (komunikan), dan rumusannya disebut sasaran belajar. (Tentang sasaran belajar ini bisa dibaca di tempat lain karena ia mempunyai ciri-cirinya yang agak berbeda dengan pola rumusan tujuan instruksional).
Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh setiap tujuan instruksional, terutam TIK, yang antara lain sebagai berikut.
a) Tujuan harus menggambarkan kemampuan tertentu yang diharapkan bakal tercapai oleh sasaran dan harus bersifat obervable dan measurable (dapat diamati dan dapat diukur), baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
b) Tujuan hendaknya menyebutkan bidang pengalaman tertentu yang harus dikuasai oleh sasaran setelah berlangsungnya tindakan instruksional.
c) Tujuan harus jelas dan tidak boleh terlalu banyak yang hendak dicapainya, misalnya cukup tergambarkan dalam sebuah kalimat yang menggunakan satu kata kerja aktif saja.
d) Tujuan harus bersifat operasional, artinya tidak abstrak.
e) Tujuan harus mempunyai kegunaan bagi banyak orang. Tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat tidak perlu dirumuskan dalam kegiatan instruksional.

B. Hubungan fungsi pengembangan instruksional.
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional systems development) dan disain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara "disain" dan "pengembangan". Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau outline atau ren¬cana pendahuluan". Sedang "mengembangkan" berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya." Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut
1. Pengembangan sistem mstruksional adalah suatu proses sedara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979, p.4).
2. Sistem instruksional adalah semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker; 1971, p: 16).
3. Disain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengem-bangan paket pelajaran, kegiatan menga¬jar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979, p. 20).
4. Disain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua komponen sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979, p. XXI).
d. Dasar-Dasar Pengembangan Sistem dan Disain Instruksional.
Untuk memahami dasar-dasar pengembangan sistem dan disain instruksional, perlu diketahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan "Pengajaran" (instruction). Menurut Merril (1971, p. 10), "pengajaran" adalah suatu kegiatan di mana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol, dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku atau bereaksi trrhadap kondisi tertentu. Pengajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan kegiatan mengajar. Termasuk di dalamnya adalah menyiapkan pengalaman yang siap dipakai, mengrejakan tugas-tugas administrasi, mengadakan pende¬katan terhadap siswa,dan sebagainya. Pengajaran berbeda dengan pengembangan kurikulum. Pengem¬bangan kurikulum meliputi penyusunan disain suatu bidang studi (sub¬ject matter) dari suatu tingkat sekolah atau lembaga pendidikan tertentu. Pengajaran lebih menekankan pada aspek bagaimana (how to), sedang pengembangan kurikulum lebih menekankan pada aspek "apa" (what to). Keputusan yang berkenaan dengan kurikulum berorientasi kepada isi atau materi (content oriented), sedang putusan yang berkenan dengan pengajaran adalah berorientasi kepada proses (process oriented). Pengajaran erat berkait dengan belajar namun tak persis sama. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan makhluk hidup. Pengajaran hanya berlangsung manakala usaha tertentu telah dibuat untuk mengubah suatu keadaan sedemikian rupa, sehingga suatu hasil belajar tertentu dapat dicapai. Dengan demikian "kesenga¬jaan" merupakan karakteristik dari suatu pengajaran.
Apakah yang dimaksudkan dengan Pengembangan Sistem lnstruksio¬nal?Dihubungkan dengan pengertian "Instruction" seperti tersebut di atas, maka definisi pengembangan sistem instruksional adalah "suatu. proses menentukan dan menciptakan situasi dari kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya" (Carey, 1977, p. 6). Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para penyusun disain instruksional dapat menilai efektifitas suatu disain. Pengembangan sistem instruksional senantiasa didasarkan atas pengalaman empiris, dan prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya, dalam arti telah ditentukan berdasar prosedur yang sistematis, peng¬amatan yang tepat, dan percobaan yang terkontrol. Hal ini berbeda dengan metode atau cara mengajar yang diperoleh se¬cara tradisional dan dikembangkan melalui pengalaman semata-mata,










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkendali.
Terdapat dua fungsi utama dalam teknologi instruksional di dalam prosesnya menuju pencapaian tujuan-tujuannya, yaitu fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional. Fungsi pengembangan instruksional merupakan hal yang berhubungan dengan proses dalam menganalisis masalah, termasuk merancang, melaksanakan, dan menilai usaha pemecahan masalah. Fungsi-fungsi ini meliputi riset-riset teori, desain, produksi, seleksi, evaluasi, logistik, dan pemanfaatan atau penyebaran. Sedangkan fungsi yang berkaitan dengan proses mengarahkan atau mengoordinasi (atau mengelola) salah satu atau beberapa dari fungsi tersebut di atas termasuk ke dalam fungsi manajemen instruksional
Rumusan tujuan instruksional beranjak dari kerangka sistem yang lebih besar, yaitu tujuan nasional, baru kemudian tujuan tersebut tersebar ke dalam tujuan-tujuan pada kerangka sistem yang lebih kecil seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan instruksional. Hubungan antara tujuan-tujuan tesebut bersifat subordinasi.









DAFTAR PUSTAKA
http://www.fikom.unpad.ac.id/?page=detailartikel&id=100
http://zuhairistain.blogspot.com/2009/04/pengembangan-sistem-dan-disain.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank yaws