Jumat, 22 Maret 2013
analisis kebutuhan pelatihan dan pendidikan
DESAIN PELATIHAN BUDIDAYA CACING LUMBRICUS RUBELLUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Andragogi dan Pendidikan Kemasyarakatan
Dosen Pengampu : Bp. Nugroho
Disusun Oleh
Nur Aeni 1102410024
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
DESAIN PELATIHAN BUDIDAYA CACING LUMBRICUS RUBELLUS
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara sehingga membutuhkan bahan makanan yang sangat besar. Oleh karena itu, peternakan yang ada tersebar di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Salah satu hewan ternak yang biasa dipelihara oleh penduduk yaitu sapi. Hal tersebut menyebabkan konsumsi sapi meningkat setiap tahunnya apalagi ketika musim lebaran haji. Ternak sapi merupakan salah satu usaha yang tidak membutuhkan risiko yang banyak karena mudah untuk dipelihara dan tidak memerlukan perawatan yang khusus serta pemasarannya mudah. Sapi dipelihara karena berbagai jenis rumput bisa dimakannya .
Banyaknya ternak sapi yang ada di Indonesia tentunya tidak semua memperoleh dampak yang positif. Tentunya sapi menghasilkan kotoran yang menimbulkan bau busuk dan mampu mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya. Maka timbulah kreativitas baru untuk mengatasi permasalahan lingkungan terutama mengenai kotoran sapi tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kotoran sapi menjadi pakan cacing lumbricus rubellus.
Cacing lumbricus rubellus adalah cacing import yang mulai banyak dibudidaya oleh masyarakat di Indonesia. Harga cacing ini paling mahal jika dibandingkan dengan jenis cacing lainnya. Perawatan yang mudah menjadi keunggulannya tetapi harus memiliki keuletan dalam membudidayakannya. Cacing lumbricus rubellus banyak dicari untuk untuk dunia farmasi sebagai bahan baku obat tifus. Cacing lumbricus rubellus juga banyak dicari untuk pakan ikan dan belut sehingga kebutuhan pasar cacing ini sangat pesat dan belum bisa memenuhi kebutuhan pasar dari budidaya cacing yang ada.
Potensi ini tentunya memberikan peluang untuk menggeluti budidaya cacing lumbricus rubellus. Oleh karena itu, perlu diadakan diklat budidaya cacing lumbricus rubellus untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi yang masih belum memanfaatkan kotoran sapi secara maksimal.
Pelatihan cacing ini sangat diperlukan tentunya bagi peternak sapi. Melalui pendidikan dan pelatihan budidaya cacing ini diharapkan nantinya peserta mampu manjadi pembudidaya cacing baik untuk tingkat local maupun untuk tingkat eksport. Untuk tingkat local tentunya mampu menguasai kebutuhan pasar di dalam negeri dengan pangsa pasar yang kecil sedangkan untuk tingkat luar negeri akan dibutuhkan pangsa pasar yang tinggi dengan saling bekerja sama untuk memenuhi permintaan pasar.
Budidaya cacing lumbricuss rubellus ini diharapkan mampu mengidentifikasi jenis makanan yang paling tepat dengan kebutuhan cacing sehingga diperoleh cacing yang sehat dan gemuk. Pendidikan dan pelatihan cacing lumbricuss rubellus akan dimulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pasca panen serta tahap pembibitan agar budidaya cacing ini dapat cepat berkembang.
Standart yang diperlukan bagi seorang budidaya cacing yaitu sampai tahap pemanenan. Akan tetapi, melalui diklat cacing lumbricuss rubellus diharapkan peserta sampai dengan tahap pengepakan yang bisa untuk penjualan ke luar kota. Selain itu, nantinya akan diberitahu tentang standar kinerja yang diperlukan, misalnya criteria cacing untuk pemanenan serta saat cacing akan bertelur.
2. Permasalahan
1. Bagaimana cara memanfaatkan kotoran sapi?
2. Bagaimana cara meningkatkan pendapatan peternak sapi?
B. KOMPETENSI
Setelah mengikuti pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus peserta dapat:
1. Mengidentifikasi macam-macam cacing.
2. Melakukan persiapan media budidaya cacing lumbricus rubellus dengan benar.
3. Mengidentifikasi kotoran sapi yang cocok sebagai makanan cacing lumbricus rubellus dengan tepat.
4. Memasukan bibit cacing lumbricus rubellus ke media budidaya.
5. Memisahkan telur cacing lumbricus rubellus dengan cacing lumbricus rubellus dewasa dengan benar.
6. Mengidentifikasi cara perawatan budidaya cacing lumbricus rubellus.
7. Melakukan packing cacing lumbricus rubellus dengan tepat.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pendapatan peternak sapi melalui budidaya cacing lumbricus rubellus. Hal tersebut dikarenakan masih banyak petani yang pendapatannya rendah. Apalagi kebutuhan sekarang ini terus menaik. Jika tidak bisa melihat peluang maka nasib petani terus terpuruk.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta dapat memanfaatkan kotoran sapi agar memiliki nilai ekonomis. Banyak kotoran sapi yang dibuang tak bermanfaat. Jika bisa meningkatkan nilai ekonomis kotoran sapi maka petani sapi akan sejahtera. Salah satu cara meningkatkan nilai ekonomis kotoran sapi yaitu untuk budidaya cacing lumbricus rubellus. Melaui pelatihan ini diharapkan peserta bisa menjadikan kotoran sapi untuk budidaya cacing lumbricus rubellus.
D. PESERTA
Jumlah peserta pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus adalah 20 orang dengan syarat peternak sapi yang belum memanfaatkan kotoran sapi . jumlah peserta dibatasi dengan harapan proses pembelajaran nantinya dapat terkontrol dengan baik. Jika terlalu banyak peserta maka akan sulit dikendalikan jika terjadi sesuatu. Dengan jumlah tersebut juga maka ketika akan dilakukan evaluasi akan mudah karena tutor bisa melihat secara detail kemampuan peserta. Selain itu setelah diklat ini selesai nantinya masih akan diadakan pemantauan oleh tutor untuk mengetahui seberapa besar kemampuan yang sudah diserap oleh peserta untuk diaplikasikan dalam budidaya cacing lumbricuss rubellus.
E. STRUKTUR PROGRAM
Struktur Materi yang akan diberikan saat pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus.
No Materi Waktu
1. Materi Dasar
Jenis-jenis cacing
Manfaat cacing lumbricus rubellus
Prospek cacing lumbricus rubellus di pasar
2. Materi Inti
Persiapan media budidaya cacing lumbricus rubellus
Identifikasi kotoran sapi yang baik untuk pakan cacing lumbricus rubellus
Cara memasukan bibit cacing lumbricus rubellus ke media budidaya.
Cara memisahkan telur cacing dengan cacing lumbricus rubellus dewasa.
Cara perawatan budidaya cacing lumbricus rubellus
3. Materi Penunjang
Packing cacing lumbricus rubellus yang siap jual
F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN
Proses Pembukaan
a) Sambutan Resmi
Sambutan ini akan disampaikan oleh pihak yang berwenang misalnya kepala desa dll. Hal yang diperlukan dalam penyampaian sambutan adalah sebagai berikut:
Pernyataan secara resmi bahwa pelatihan ini adalah jawaban yang diperlukan atas situasi setempat.
Memberikan kepercayaan pada penyelenggara, fasilitator dan narasumber.
Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama pelatihan.
Pernyataan resmi bahwa acara dibuka.
Memberikan gambaran isi pelatihan secara utuh, tidak hanya menyebut teori, tapi praktek dan utamanya adalah adanya pengalaman berstruktur.
Contoh sambutan yang baik:
“Selamat Pagi..!
Senang sekali bisa berdiri di sini bersama Anda semua dalam pendidikan dan pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus. Saya respek sekali pada Bapak Ibu sekalian terutama sekali bagi yang tepat waktu. Anda semua telah hadir di sini dan itu memberikan sinyal kepada kami bahwa Anda memiliki komitmen yang luar biasa bagi lingkungan dan ekonomi anda. Kehadiran kita dalam pelatihan selama beberapa hari ke depan, akan menjadi suatu landasan yang kuat bagi ....”
b) Gaining trust
Mendapatkan penerimaan dan kepercayaan yang tinggi dari peserta (championship ). Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan menghubungkanm kesamaan anda dengan peserta. Karena setiap orang pasti akan senang jika diceritakan tentang hal-hal yang sama. Karena pada pelatihan ini tentang budidaya cacing lumbricus rubellus pada peternak sapi. Hal yang bisa ditanyakan yaitu: bagaimana harga sapi sekarang? Jika sapi perah mungkin yang bisam ditanyakan berapa liter sehari susu yang dihasilkan oleh peserta tiap hari? Atau Tanya harga susu sekarang? Mungkin peserta akan mulai tertarik dengan pelatihan ini karena peserta merasa nyaman dengan suasana yang telah ditimbulkan.
Kepercayaan dari peserta mengenai modul yang digunakan juga dapat ditunjukan dengan memperlihatkan riwayat pelatihan yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya dengan menampilkan cuplikan video pelatihan sebelumnya didaerah mana dan siapa sasarannya. Jika video tidak ada bisa lewat foto dokumentasi agar peserta takjub dan benar-benar percaya dengan materi pelatihan. Tunjukan pula keberhasilan dari program pendidikan dan pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus misalnya gambar peserta pelatihan sebelumnya yang menunjukan hasil panen cacing lumbricus rubellus.
Hal terpenting yang harus ditunjukan yaitu jangan sampai mengucapkan apologis,hal –hal tidak siap misalnya “Bapak Ibu sekalian, sebenarnya saya sendiri kurang begitu menguasai topik ini,…” maka peserta merasa tidak dihargai dalam pelatihan ini .
c) Perkenalan
Perkenalan diadakan untuk menimbulkan keakraban baik peserta dengan pembicara. Perkenalan dengan pembicara tidak perlu formal karena akan menimbulkan suasana yang menegangkan. Contoh perkenalan yang dilakukan oleh pembicara yaitu:
Saya suka minum susu…
Saya tidur diatas ranjang milik istri saya….
Pacar saya ada lima tapi itu kalau sedang mimpi
Hal tersebut sudah merupakan perkenalan yang dibangun oleh pembicara. Dengan perkenalan semacam tadi peserta tentunya akan berkata dalam hati jika pembicara humoris dan tentunya peserta akan mudah meluapkan perasaannya pada pembicara yang nantinya memudahkan pada proses pelaksanaan.
Perkenalan yang dilakukan antar peserta juga suatu hal penting untuk menunjukan adanya dinamika kelompok nantinya. Perkenalan yang baik dengan menunjukan hal-hal yang tidak terduga menjadikan kenangan pada pelatihan ini.misalnya perkenalan akan dilakukan dengan menjawab pertanyaan berikut:
Siapa artis yang paling disukai?
Bagian apa yang paling menarik dari sapi?
Tentunya suasana yang akan terbangun menjadi lebih santai. Hal semacam inilah yang perlu diteruskan.
d) Icebreaking
Saat peserta datang ke suatu pelatihan, state of mind (kondisi pikiran) mereka umumnya belum siap masuk ke situasi pelatihan, sehingga tidak boleh secara mendadak pelatihan langsung dimulai. Icebreaking adalah istilah untuk menjelaskan mengenai suatu proses yang perlu dilakukan fasilitator untuk mengubah state of mind peserta. Umumnya hanya sedikit peserta yang datang ke pelatihan dalam kondisi pikiran siap belajar. Sebagian besar kondisi pikiran peserta di awal pelatihan adalah:
Overload, penuh pikiran lain (pekerjaan lain, beban lain) sehingga tidak receptive.
Beku atau blank (menunggu dan melihat situasi).
Ingin liburan/refreshing.
Adanya hambatan belajar pada orang dewasa, rasa takut salah, takut kelihatan bodoh, malu jika terlalu kelihatan bersemangat.
Dan lain-lain.
Tujuan diadakan icebreaking ini adalah
1. Memecahkan kebekuan forum.
2. Masuk kondisi pikiran yang menyenangkan dan receptive.
3. Menarik perhatian peserta.
4. Menghancurkan “Hambatan Belajar Orang Dewasa” (Lihat Bagian Cara Belajar Orang Dewasa” pada bagian awal Panduan ini.
Aktivitas icebreaking akan berguna untuk membawa dari berbagai state of mind di atas menuju suatu state of mind yang diinginkan. Menurut NLP, pembelajaran terbaik jika seseorang pada fun state (kondisi pikiran senang bergembira) dan memiliki curiosity (rasa ingin tahu), karena pada kondisi ini peserta menjadi rilek dan receptive. Jadi, fasilitator perlu membangun situasi yang membuat peserta masuk pada kedua kondisi tersebut.
Cara mengakses kondisi tersebut adalah:
Mulai sesi dengan senyum hangat dan mantap.
Ajukan beberapa pertanyaan untuk membangkitkan rasa ingin tahu, membangkitkan partisipasi.
Membangun receptivitas dengan mengajak peserta bergembira melalui permainan yang menyenangkan, sederhana namun partisipatif. Dalam modul pelatihan ini icebreaking digabungkan dengan perkenalan dengan cara perkenalan yang menyenangkan.
Bercerita (boleh humor) dengan tujuan mengaktifkan otak kanan sehingga membangkitkan efek rasa ingin tahu.
Salah satu permainan yang diberikan untuk ice breaking adalah cup-cup sapi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Peserta diharapkan berdiri
Buat lingkaran yang setiap lingkaran 6 atau 7 orang
Peserta akan mendengarkan cerita yang dibacakan oleh pembicara.
Jika peserta mendengar kata sapi maka peserta akan memegang jari peserta sebelah kirinya.
Peserta yang jarinya tertangkap dikeluarkan dari lingkaran tersebut.
Peserta yang paling akhir dari tiap lingkaran berkumpul dan sampai ditemukan satu pemenang.
Pemenang mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan sebelumnya.
Permainan seperti ini bisa membuat peserta menghilangkan pikiran lain sejenak dan focus terhadap pelatihan yang akan dilaksanakan nantinya. Pembelajaran yang diharapkan gembira juga tercapai.
e) Pengantar Pelatihan dan Kesepakatan
Dalam pelatihan yang partisipatif, perlu dibangun kesepakatan antara fasilitator dengan peserta, ini biasanya dikenal dengan istilah “Kontrak Belajar”. Aktivitas kontrak belajar adalah suatu kesepakatan timbal balik antara peserta dan fasilitator bahwa kedua belah pihak sepakat mengenai isi materi pelatihan dan akan bersama-sama bertanggung jawab menyukseskan acara.
Agar kesepakatan berjalan baik, fasilitator perlu lebih dahulu menjelaskan gambaran isi dan manfaat pelatihan. Dengan demikian peserta mendapat gambaran yang jelas atas apa yang akan diperoleh selama pelatihan. Berbasis gambaran yang jelas inilah, kesepakatan-kesepakatan bisa dibuat secara adil dan partisipatif.
Contoh kontrak belajar misalnya:
Mengacungkan tangan sebelum bertanya
Izin terhadap pembicara jika akan keluar
Mematikan nada dering hp.
Hal-hal yang sederhana jika bisa dilakukan secara bersama-sama dapat menjadikan pertanda bahwa pelatihan telah berhasil dan peserta mulai menikmati pelatihan yang diberikan.
Pelaksanaan
Saat pelaksanaan untuk meningkatkan dinamika kelompok saat pembelajaran maka akan dibentuk kelompok untuk mempermudah pelaksanaan penugasan saat pembelajaran. Pembagian kelompok dilakukan dengan menghitung angka 1 sampai 10 dan berlanjut. Setiap kelompok terdiri dari 2 orang dengan penyebutan yang sama. Saat setiap anggota berkelompok maka peserta harus mengidentifikasi ciri-ciri pasangan kelompoknya tanpa bertanya dengan pasangan terlebih dahulu. Hal tersebut untuk menimbulkan kesan kepedulian di dalam pasangannya.
Dinamika kelompok itu dianggap sebagai suatu metoda dan proses, merupakan salah satu alat manajemen untuk menghasilkan kerjasama kelompok yang optimal, agar pengelolaan organisasi menjadi lebih efektif, efisien dan produktif. Sebagai metoda, dinamika kelompok, membuat setiap anggota kelompok semakin menyadari siapa dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamanya dalam kelompok dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kesadaran semacam ini perlu diciptakan karena kelompok atau organisasi akan menjadi efektif apabila memiliki satu tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diciptakan dan disepakati bersama dengan melibatkan semua individu anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Sebagai suatu proses, dinamika kelompok berupaya menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam setiap tahap perkembangan atau pertumbuhan kelompok, agar setiap orang merasakan dirinya sebagai bagian dari kelompok dan bukan orang asing. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap individu dalam organisasi merasa turut bertanggung jawab secara penuh terhadap pencapaian tujuan organisasi yang lebih luas.
G. METODE PELATIHAN
Dalam pelaksanaan pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus metode pembelajaran yang banyak digunakan yaitu dengan ceramah. Walaupun melalui metode ceramah , peserta juga bisa melihat pressentasi yang telah disediakan oleh pembicara dengan harapan peserta mampu memahami materi secara lebih mendalam. Metode ceramah yang diberikan nantinya tidak menggurui dari peserta pelatihan. Seperti yang telah diketahui bahwa pembelajaran orang dewasa harus menganggap peserta sama-sama dewasa yang memiliki derajat yang sama dengan pembicara. Oleh karena itu, saat pelatihan gunakan kata-kata dengan maksud mengakrabkan.
Pelatihan ini juga menggunakan praktik kerja lapangan. Pembelajaran orang dewasa menjadi lebih bermanfaat jika orang yang belajar menjalani hal tersebut secara langsung. Berdasarkan hal tersebut,maka peserta pelatihan akan dibawa ke tempat peternak cacing lumbricus rubellus yang sudah berhasil. Peserta diharapkan mampu mempelajari lebih mendalam dengan ikut mempraktekkan. Peserta juga dipersilakan untuk melakukan diskusi dengan pemilik peternakan budidaya cacing sehingga peserta ikut berpartisipati secara aktif.
H. MEDIA PELATIHAN
Media yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu melalui media pembelajaran interaktif. Salah satunya yaitu penggunaan presentasi dalam penyampaian materi. Media lain yang digunakan yaitu modul pelatihan yang diberikan sebelum acara pelatihan sehingga peserta dapat terlebih dahulu mempelajari materi yang ada di modul. Pembelajaran juga menjadi lebih nyaman jika peserta sudah mempelajari lebih dulu.
Video juga akan digunakan untuk mempertegas pelatihan dan meningkatkan visualisasi. Dalam video ini akan diperlihatkan jenis-jenis cacing yang ada. Selain itu, pemutaran video untuk menampilkan testimony dari peserta pelatihan yang pernah dilakukan untuk menunjukan bahwa pelatihan budidaya cacing lumbricus rubellus memang berjalan secara lancar.
I. SILABUS PELATIHAN
Mata Ajar : Budidaya cacing lumbricus rubellus
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit
Standar Kompetensi : Mempraktikan budidaya cacing lumbricus rubellus
Kompetensi
Dasar Materi/Pokok Bahasa Kegiatan
Pelatihan
Indikator Penilaian Waktu Sumber
Belajar/bahan/alat
- Mengidentifikasi jenis-jenis cacing - Jenis-jenis cacing - Melihat visualisasi jenis-jenis cacing - Mengidentifikasi jenis-jenis cacing berdasarkan ciri-cirinya
- Mengidentifikasi kegunaan cacing lumbricus rubellus Tes lisan 1 x 45 menit LCD
Perangkat komputer
Presentasi
Handout
Kotoran kambing
Cacing lumbricus rubellus
- Mengidentifikasi kebutuhan persiapan budidaya cacing lumbricus rubellus - Peralatan budidaya cacing lumbricus rubellus dan ciri-ciri kotoran sapi yang baik untuk budidaya cacing lumbricus rubellus - Mengidentifikasi persiapan budidaya cacing lumbricus rubellus - Melakukan persiapan media budidaya cacing lumbricus rubellus dengan benar.
- Mengidentifikasi kotoran sapi yang cocok sebagai makanan cacing lumbricus rubellus dengan tepat.
Tes lisan dan tes kinerja 3 x 45 menit
- Melaksanakan perawatan budidaya cacing lumbricus rubellus - Perawatan budidaya cacing lumbricus rubellus - Studi lapangan ke tempat budidaya cacing lumbricus rubellus yang sudah berhasil - Memasukan bibit cacing lumbricus rubellus ke media budidaya.
- Memisahkan telur cacing lumbricus rubellus dengan cacing lumbricus rubellus dewasa dengan benar.
- Mengidentifikasi cara perawatan budidaya cacing lumbricus rubellus.
Tes kinerja
Dan pengukuran sikap 4 x 45 menit
- Mengidentifikasi tata cara packing cacing lumbricuss rubellus - Packing cacing lumbricus rubellus - Melihat visualisasi packing
- Praktek packing cacing lumbricus rubellus - Melakukan packing cacing lumbricus rubellus dengan tepat.
Tes kinerja 2 x 45 menit
J. EVALUASI
Evaluasi adalah proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektifitas program pelatihan. Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan.Manfaat evaluasi yaitu:
Memperoleh informasi tentang kualitas dan kuantitas pelaksanaan program pelatihan.
Mengetahui relevansi program pelatihan dengan kebutuhan institusi.
Membuka kemungkinan untuk memperbaiki dan menyesuaikan program pelatihan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.
Evaluasi dilakukan terhadap:
Peserta: evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta.
Fasilitator/pelatih: evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Penyelenggara: evaluasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan administrasi pelatihan.
Beberapa jenis evaluasi yang biasa dilakukan yaitu :
Evaluasi formatif: dirancang untuk memberikan informasi yang dapat digunakan pelatih untuk melakukan perbaikan. Biasa digunakan sebelum kelas berakhir, sehingga masih terdapat kesempatan untuk memperbaiki.
Evaluasi sumatif: digunakan pada akhir sesi pelatihan untuk kepentingan dalam menentukan peringkat, sertifikasi, evaluasi terhadap kemajuan, atau penelitian terhadap efektivitas kurikulum dan perencanaan pelatihan.
Portofolio: catatan, kumpulan hasil karya peserta latih yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Dapat berbentuk tugas, jawaban peserta atas pertanyaan fasilitator, catatan hasil observasi fasilitator dan laporan kegiatan peserta. Dalam proses learning maka jenis evaluasi yang sering digunakan adalah jenis portofolio.
K. SERTIFIKAT
Tuliskan sertifikasi yang akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan yang
terakreditasi serta memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu:
a. Mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama 90% dari alokasi waktu pelatihan
b. Dinyatakan berhasil sesuai evaluasi belajar Penetapan angka kredit pelatihan yang
diberikan didasarkan pada lamanya pelatihan dalam satuan jam pelajaran efektif yaitu
sebagai berikut :
LAMA PELATIHAN
(jam efektif @ 45 menit) ANGKA KREDIT
30 - 80 1
81 – 160 2
161 – 480 3
481 – 640 4
641 – 960 5
Lebih dari 961 15
Sumber : SK Menpan No. 126 tahun 1990 tentang Pedoman Penyusunan dan Pengangkatan
Tenaga Fungsional dan Angka Kreditnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank yaws